Sosok.ID - Saling ancam antara pihak Amerika Serikat (AS) dengan China terasa semakin memanas.
Usai Donald Trump mengancam bakal beri konsekuensi kepada Tiongkok sebagai negara pertama pembawa virus SARS-Cov-2, kini China juga melakukannya.
Diberitakan sebelumnya, Donald Trump yang tengah dipusingkan dengan pandemi Covid-19 meminta China bertanggung jawab.
Trump sangat geram, sebab virus corona jenis baru telah melumpuhkan sektor perekonomian di negaranya.
Terlebih AS hingga kini menjadi negara dengan kematian terbanyak akibat Covid-19.
Trump mencecar China, mengatakan bahwa negeri Tirai Bambu musti mendapat konsekuensi atas merebaknya pandemi ini di seluruh dunia.
"Itu bisa saja dihentikan di China sebelum dimulai, tetapi tidak, dan sekarang seluruh dunia menderita karenanya," kata Trump, Sabtu (18/4/2020), dikutip dari AFP.
Menurut Presiden AS, Tiongkok harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi.
"Jika itu adalah kesalahan, maka kesalahan tetaplah kesalahan. Tetapi jika mereka secara sadar bertanggung jawab, ya, maka harus ada konsekuensi," katanya.
Sementara pihak China melalui juru bicaranya pada Senin (20/4/2020) mengecam para politisi AS yang mengaku bakal menuntut Tiongkok atas pandemi Covid-19.
Melansir Kontan.co.id, Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang meminta AS berhenti menyerang negerinya.
Ia mengatakan bahwa China juga korban, sama seperti negara-negara lain di dunia.
"Virus ini adalah musuh bersama bagi seluruh umat manusia dan dapat menyerang kapan saja, di mana saja. Seperti negara lain, China juga menjadi korban, bukan pelaku, apalagi kaki tangan Covid-19," katanya, dikutip dari Xinhua via Kontan.co.id.
Menurut Geng, China telah melakukan upaya terbaik dengan mengambil langkah paling ketat dan komperhensif dalam semangat keterbukaan yang bertanggungjawab.
"China telah melakukan pengorbanan luar biasa, mengumpulkan pengalaman berharga, dan membuat kontribusi signifikan terhadap respons global. Komunitas internasional menjadi saksi dan memuji upaya dan kemajuan China," katanya.
Geng bahkan mencontohkan Flu H1N1 yang diketahui muncul pertama kali di Amerika pada 2009 silam.
"Flu H1N1 pecah di Amerika Serikat dan menyebar ke lebih dari 214 negara dan wilayah pada 2009, yang mengakibatkan hampir 200.000 kematian. Apakah ada yang meminta pihak AS untuk memberikan kompensasi?" kecam Geng pada AS.
Mengutip dari Kompas.com, Selasa (21/4), wabah novel influenza A atau H1N1 muncul di AS dan menyebar secara cepat di seluruh dunia.
Virus ini memiliki kombinasi gen influenza yang unik dan belum pernah terdeteksi pada hewan maupun manusia sebelumnya.
Baca Juga: Murka Jokowi: Jangan Ada Lagi yang Menganggap Kita Menutup-nutupi Data!
H1N1 kemudian ditetapkan sebagai pandemi. Kala itu para ilmuwan juga bekerja keras demi menemukan vaksin.
Pada 15 September 2009, Food and Drug Administration akhirnya memberikan pengumuman atas persetujuan empat vaksin H1N1.
Pemesanan vaksin baru dibuka pada Desember 2009.
Setelah lebih dari satu tahun menjadi pandemi, WHO resmi mengumumkan akhir virus H1N1 pada 10 Agustus 2010 silam.
Baca Juga: Tak Hanya Corona, di Lab Wuhan Ternyata Ada Ribuan Virus Mematikan
Tak berhenti sampai disitu, Geng kembali menyinggung wabah AIDS pada tahun 1980-an di Amerika Serikat.
"Pada 1980-an, AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat dan menyebar ke dunia. Adakah yang meminta Amerika Serikat untuk bertanggung jawab atas hal ini?" katanya, dikutip dari Kontan.co.id.
Lalu Geng menyebutkan, AS juga telah menyebabkan krisis keuangan Global pada tahun 2008 akibat dari gejolak keuangan di Amerika Serikat.
"Apakah ada yang meminta pihak AS untuk menanggung akibatnya?" tanya Geng sekali lagi.
Ia menyayangkan ancaman Trump yang tak jengah sibuk menyudutkan Tiongkok atas pandemi Covid-19.
"AS harus memahami bahwa musuh mereka adalah virus, bukan China. Menyerang dan mendiskreditkan negara lain tidak akan menghemat waktu dan nyawa yang hilang." tegas Geng.
Geng berharap, mereka yang berada di pihak AS agar menghormati fakta sains dan berhenti menyerang suatu pihak dengan membuat pernyataan tak bertanggung jawab.
Sebaliknya, ia meminta kerjasama internasional untuk memerangi pandemi ini. (Rifka/Sosok.ID)