Senjata Biologis? Propaganda Teori Kemunculan Virus Corona, Studi Meyakini Rusia dan China Sengaja Bekerjasama demi Merusak Tatanan Sistem Dunia

Minggu, 05 April 2020 | 17:00
The Telegraph

Presiden Rusia Vladimir Putin dituduh mengeluarkan propaganda yang menyatakan virus tersebut adalah senjata dari kekuatan barat

Sosok.ID - Virus corona jenis baru, atau yang sekarang dikenal dengan Covid-19, masih merebak di dunia.

Pandemi ini telah menewaskan sebanyak lebih dari 60.000 manusia di muka bumi.

Adapun Amerika Serikat, menjadi negara paling banyak melaporkan kasus infeksi, yakni sejumlah 312.245 per Minggu (5/4/2020).

AS telah menggeser China dan hanya dalam waktu dua minggu Covid-19 membuat sistem kesehatan di negara tersebut hampir lumpuh.

Demikian juga dengan negara-negara Eropa: Italia, Spanyol, Jerman, Inggris dan Perancis juga memiliki kasus infeksi virus corona yang besar

Baca Juga: Terawang Fenomena Wabah Penyakit Sekarang, Om Hao Sebut Kebiasaan Leluhur yang Dilupakan Ini Jadi Penyebab Covid-19 Cepat Menyebar di Indonesia

Padahal sistem kesehatan mereka sudah sangat canggih dan gratis untuk semua warga.

Kendati demikian, satu negara di perbatasan China, justru terlihat damai dan tidak terpengaruh dengan virus Corona, yaitu Rusia.

Meski begitu, banyak yang menyebut bahwa Rusia belum secara terbuka menyebutkan angka yang sebenarnya dari total pasien Covid-19.

Namun studi baru menunjukkan, ada kemungkinan Rusia memanfaatkan virus Corona untuk membuat tatanan dunia baru.

Baca Juga: Bucin Setengah Mati dengan Adik Kelas Hingga Rela Kerja Tanpa Dibayar, Oknum Pembina Pramuka di Sumsel Bunuh dan Perkosa Siswi SMP, Pelaku: Saya Naksir Tapi Susah Dekati

Melansir express.co.uk, Presiden Rusia Vladimir Putin dituduh mengeluarkan propaganda yang menyatakan virus tersebut adalah senjata dari kekuatan barat.

Sementara China dan Rusia sama-sama dituduh Uni Eropa dalam menyebarkan informasi yang salah terkait virus baru ini.

Penulis studi tersebut, Sergey Sukhankin menyebut tujuan Putin adalah untuk menggeser kekuatan Barat.

"Rusia sepertinya berniat merusak solidaritas antar anggota Uni Eropa dan mengkapitalisasi kelemahan di dalam Eropa untuk menjelaskan konflik lebih luas lagi.

Baca Juga: Kekhawatiran Infeksi Corona Gelombang Dua, Karakteristik Virus Pembawa Penyakit Covid-19 Ini Kian Sulit Dikenali, Muncul Orang-orang Positif Tanpa Gejala

"Covid-19 dilihat sebagai cara ideal bagi Rusia untuk mengacaukan tidak hanya Uni Eropa tetapi juga kekuatan yang mereka bangun dengan Amerika Serikat dan Kanada."

Dinas Luar Negeri Eropa, sebuah lembaga independen Uni Eropa yang menangani hubungan diplomatik UE dengan negara-negara di luar UE menyebut rekaman lebih dari 150 kasus informasi pro-Kremlin terkait Covid-19 antara bulan Januari sampai akhir Maret.

"Informasi yang salah yang digembar-gemborkan oleh media pemerintah Rusia dan media pro-Kremlin terkait Covid-19 masih ada sampai saat ini.

"Tujuan lebih besar adalah untuk memperparah krisis kesehatan publik di negara Barat, seiring dengan strategi Kremlin lebih luas untuk membuat masyarakat Eropa kembali miskin."

Baca Juga: Sukses Bikin Reino Barack Klepek-klepek Hingga Jatuh ke Pelukannya, Syahrini Diramal Denny Darko Nasib Hidupnya Bakal Berubah Drastis: Dia Mendapatkan Segalanya

Tuduhan terhadap Rusia dan China tersebut datang saat kedua negara telah mengirim tenaga medis dan bantuan kesehatan ke Uni Eropa.

Italia menerima suplai dan 100 tenaga medis militer dari Rusia pada akhir bulan kemarin.

Sementara China mengirim 1.700.000 masker medis ke Yunani, dan tenaga medis mereka kirim ke Inggris.

Studi dari University of Calgary menyebut strategi penyebaran informasi palsu dan suplai tanpa henti ke UE akan membuat kedua negara sebagai negara penguasa dunia.

Baca Juga: Indonesia Latah Stigma Negatif, Ketakutan Tertular Virus Corona Berujung Melukai Tenaga Medis Secara Mental dan Psikis

Laporan tersebut juga menuliskan, "Moskow melihat virus ini sebagai pertanda kebetulan akhir dari tatanan dunia setelah perang dingin.

"Negara pemimpin dunia yang bangkit dari kelumpuhan liberal ini, akan menjadi Rusia dan China.

"Rusia juga menguatkan aliansi dengan China dan Iran.

"Yang berbahaya adalah negara lain masih dapat bergabung dengan kekuatan poros timur ini."

Namun pihak Rusia menampik klaim tersebut.

Baca Juga: Kabar Baik Dari Surabaya, Untuk Meminimalisir Petugas Medis yang Terinfeksi Corona, ITS Kembangkan Robot Untuk Melayani Pasien Covid-19

Juru bicara Kremlin Dimitry Peskov menyebut laporan itu hanyalah contoh dari retorika anti-Rusia.

"Kita membicarakan lagi tuduhan tidak berdasar yang dalam situasi ini sebagai hasil dari obsesi anti-Rusia."

Tuduhan kepada Rusia dan China datang bersamaan dengan krisis yang terjadi di Uni Eropa.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte telah terus menerus menanyakan kekuatan Uni Eropa untuk menyokong kondisi negara-negara anggotanya.

Baca Juga: Bualan Pembebasan Koruptor, Yasonna Laoly Dianggap Manfaatkan Wabah Covid-19, Alasan Kemanusiaan cuma Omong Kosong, Koordinator ICW: Ini Aji Mumpung, Ambil Peluang

Conte telah menelepon Uni Eropa untuk mendorong mereka membuat skema yang membuat Italia dapat meningkatkan hutang mereka untuk menangani wabah tersebut.

Namun permintaan tersebut diveto oleh Belanda.

Conte mengatakan, "Uni Eropa sedang berkompetisi dengan China dan Amerika yang telah mengalokasikan 2 triliun Euro untuk bereaksi melawan virus Corona.

"Jika reaksi kita tidak kohesif, keras dan terkoordinasi, Eropa akan semakin kurang kompetitif dalam pasar global."

(Maymunah Nasution)

Artikel ini telah tayang di Intisari.ID dengan judul: Wabah Covid-19 Terus Berkembang, Ada Studi Ungkapkan Virus Corona Baru Adalah Senjata Biologi Rusia untuk Membuat Tatanan Dunia Baru

Editor : Rifka Amalia

Sumber : intisari online

Baca Lainnya