Rela Lembur Siang Malam demi Pulihkan Ekonomi Bangsa yang Anjlok Imbas Pandemi, Menteri Keuangan Berakhir Bunuh Diri

Senin, 30 Maret 2020 | 14:15
Martin Kraft/de.wikipedia.org | Dailypost.ng

Thomas Schaefer, Menteri Keuangan di Negara Bagian Hesse, Jerman nekat akhiri hidupnya karena stress memikirkan ekonomi negara imbas virus corona.

Sosok.ID - Seorang menteri dari negara Jerman, diberitakan telah mengakhiri hidupnya secara tragis.

Keputusan nekat itu bukan diambil sebab ia terinfeksi virus corona.

Kabarnya, ia terlalu khawatir tidak mampu menyelamatkan perekonomian bangsa yang anjlok akibat pandemi Covid-19.

Imbas virus corona memang bukan hanya menyerang sektor kesehatan saja.

Beberapa bidang seperti industri, pariwisata, dan ekonomi pun runtuh di hampir seluruh negara.

Baca Juga: Lockdown India Ambyar! Ribuan Buruh Terlantar Nekat 'Merangkak' demi Pulang: Saya Takut Kelaparan, Bukan Corona

Hal ini disebut menjadikan pejabat negara di Jerman menjadi "sangat khawatir" terkait cara mengatasi dampak kemerosotan ekonomi.

Melansir Kompas.com, petinggi itu adalah Thomas Schaefer, Menteri Keuangan di Negara Bagian Hesse, Jerman.

Pria berusia 54 tahun itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dekat jalur kereta api pada Sabtu (28/3).

Dilansir dari Strait Times via Tribunnews.com, Kantor Kejaksaan Wiesbadan meyakini Schaefer meninggal karena bunuh diri.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Kenali Tanda-tanda Stres Berlebihan, dari Sering Masuk Angin Hingga Makan Kurang atau Bahkan Berlebihan

Menteri Negara Bagian, Volker Bouffier mengatakan, krisis ekonomi negara adalah pemicu jajarannya nekat habisi nyawa sendiri.

Kesimpulan itu juga muncul setelah saksi di TKP memberikan keterangan pada polisi dan jaksa yang menyelidiki kematian Schaefer.

"Kami kaget, kami tak percaya dan, di atas segalanya, kami sangat sedih," kata Bouffier dalam pernyataan tertulis pada Minggu (29/3/2020).

Negara Bagian Hesse sendiri merupakan rumah bagi pusat perekonomian Jerman, tepatnya Ibukota Frankfurt.

Baca Juga: Ingin Covid-19 Segera Usai di Indonesia, Sebanyak 5.816 Orang Daftar Jadi Relawan Tangani Virus Corona, Ini Tugasnya!

Di tempat itu, terdapat sebuah kantor pusat bank yang memberikan pinjaman utama seperti seperti Deutsche Bank dan Commerzbank.

Kantor pusat European Central Bank juga berlokasi di Ibukota Frankfurt.

Menurut Bouffier, Schaefer adalah kepala keuangan yang telah bekerja selama 10 tahun.

Sebagai seorang rekan, ia mengaku terkejut dengan kabar meninggalnya Thomas Schaefer.

Baca Juga: Diserang Rudal Balistik, Arab Saudi Cegat Serangan di Atas Kota Riyadh, Ledakan Bak Kembang Api di Langit Lukai 2 Warga Sipil

Terlebih, mendiang telah bekerja keras siang dan malam demi membantu perusahaan dan pekerja untuk menangani krisis ekonomi negara.

Pria yang meninggalkan seorang istri dan dua anak ini, merupakan figur populer yang dihormati.

Ia bahkan digadang-gadang bakal menjadi sosok pengganti Bouffier.

Hari ini kita harus berasumsi bahwa dia sangat khawatir," kata Bouffier, yang juga sekutu dekat Kanselir Angela Merkel, dikutip Sosok.ID, dilansir dari Kompas.com, Senin (30/3).

Baca Juga: Detik-detik Bupati Sidoarjo Kejar Tukang Gali Kubur yang Kabur Ketakutan Saat Tahu Harus Makamkan Pasien Meninggal Karena Covid-19

"Tepatnya selama masa sulit ini, bahwa kita akan membutuhkan seseorang seperti dia," tambahnya.

Seperti halnya Bouffier, Schaefer juga anggota partai CDU-nya Merkel.

Adapun pada Minggu (30/3) pukul 11.11 WIB, berdasarkan data real time "Coronavirus Pandemic Covid-19 Live World Map/Count", Jerman berada di posisi ke 5 sebagai negara dengan total infeksi terbanyak.

Amerika Serikat menjadi negara dengan total kasus terbanyak melebihi Italia dan China, yakni 142.548 kasus.

Baca Juga: Perangi Virus Corona Agar Tak Menyebar Luas, Beberapa Wilayah Terapkan Lockdown Lokal, Simak Daftarnya!

Italia 97.689, China 81.474 kasus, Spanyol dengan 80.110 kasus, dan Jerman sebanyak 63.150 kasus terkonfirmasi.

Angka kematian di Jerman akibat pandemi ini juga tergolong rendah, yakni sebanyak 544 orang dilaporkan meninggal dunia.

Sementara total kesembuhan mencapai 16.320 kasus.

Baca Juga: Panas! Ditengah Lockdown Corona, Ibu Kota Arab Saudi Malah Diserang Rudal Balistik

"Alasan mengapa Jerman memiliki kematian yang sangat sedikit dibanding kasus terkonfirmasi bisa dilihat dari fakta bahwa kami punya banyak diagnosa labolatirium," kata Dr Christian Drosten dari Rumah Sakit Universitas Charité Berlin, dikutip dari Tribunnews.com.

"Kami melakukan 500.000 tes setiap minggu di Jerman," tandasnya. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber Kompas.com, Tribunnews.com