Sosok.ID - Pada Selasa (24/3/2020) sore, Indonesia melaporkan sebanyak 686 kasus Covid-19.
Total 30 pasien telah dinyatakan sembuh, sementara 55 pasien meninggal dunia.
Virus corona juga telah menyebar ke 24 provinsi di Nusantara.
Berdasarkan pantauan Sosok.ID dari data real time "CORONAVIRUS PANDEMIC COVID-19 LIVE WORLD MAP/COUNT" pada Rabu (25/3) siang, virus ini telah menginfeksi sebanyak 425.466 orang di seluruh dunia.
Menyebabkan 18.945 kematian, 109.100 kasus dinyatakan sembuh, dan tersebar di 197 wilayah di dunia.
Jumlah tersebut membuktikan, bahwa Covid-19 bukan wabah main-main.
Tidak sedikit nyawa telah hilang akibat pandemi ini.
Menjadi pahlawan di garda terdepan dalam memerangi virus corona, netizen Indonesia terus menyuarakan apresiasinya pada para petugas medis di Tanah Air.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengumumkan enam dokter yang bertugas menangani wabah virus corona di Indonesia meninggal dunia, lima di antaranya terjangkit Covid-19.
Sayangnya, fakta itu belum cukup membuat seluruh warga memiliki empati.
Beberapa masyarakat masih menyikapi bencana ini dengan cara tidak serius.
Meski tak sedikit yang patuh dengan imbauan pemerintah, namun yang melanggar dan menganggap enteng masalah ini juga banyak.
Para petugas medis justru mendapat stigma negatif oleh masyarakat.
Seorang polisi bahkan ditertawakan ketika membubarkan keramaian, sementara pasien ODP di suatu daerah, masih dijadikan bahan guyon.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Kenakan Rapid Test Corona Pada Ciri-ciri Orang Seperti Ini
Stigma negatif masyarakat pada dokter dan perawat
Melansir Kompas.com, kisah adanya stigma negatif di masyarakat terkait petugas medis yang menangani Covid-19, salah satunya disampaikan oleh jurnalis TV Sofie Syarief dalam akun Twitter pribadinya, @sofiesyarief.
"Tadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Pak Harif Fadhillah bilang perawat (dan sejumlah dokter) mulai jadi sasaran stigmatisasi warga," ungkapnya.
"Beberapa cerita masuk soal upaya pengusiran oleh tetangga karena dianggap jadi pembawa virus. Bahkan anak-anaknya jadi sasaran," lanjutnya.
Unggahan tersebut sontak dibanjiri komentar.
Warganet yang berprofesi sebagai tenaga medis menceritakan stigma negatif yang diterimanya.
Stigma muncul dengan alasan masyarakat takut para dokter dan perawat membawa virus ke rumah.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih membenarkan informasi adanya stigma negatif dari masyarakat.
"Iya saya dapat laporan seperti itu (tenaga medis mendapat stigma negatif dari masyarakat), rupanya masyarakat takut petugas kesehatan tertular," kata Daeng, Selasa (24/3).
Baca Juga: Kondisinya Memburuk, PDP Corona di Purbalingga Malah Ditolah 4 Rumah Sakit, Pihak Puskesmas Bingung
ODP jadi bahan candaan
Seorang perempuan berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dijadikan bahan guyonan saat mengunjungi toko ponsel di Pasar Singosaren, Solo.
"Wah, iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)." kata perekam, disusul suara tawa, menganggapnya hanya guyonan.
Ketua Paguyuban Pelaku Bisnis Pasar Singosaren Solo Puguh Ratyanto membenarkan adanya video yang dimaksud.
"Video itu dibikin (buat) bercandaan, 'wah iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)'. Padahal bukan positif, maksudnya dia bercanda," kata Puguh.
Lebih lanjut, Puguh menerangkan bahwa wanita itu menjalani karantina mandiri di rumah.
Sementara tempat yang ia kunjungi telah disemprot desinfektan.
Baca Juga: PM Inggris Ngambek, Lockdown Negeri Ratu Elizabeth Gegara Ulah Warganya Abaikan Social Distancing
Imbau social distancing, polisi ditertawakan
Anggota polisi di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, harus menelan ludah, merasa miris karena ditertawakan saat mengimbau masyarakat untuk melakukan social distancing.
Peristiwa itu terjadi di seputaran jalan menuju BANDARA supadio, Pontianak.
Mendapati sejumlah kafe dan warkop masih ramai pengunjung, polisi berusaha membubarkan keramaian.
Ironisnya, pengunjung yang mayoritas adalah pelajar itu tidak pulang dan malah pindah ke tempat lain.
Beberapa dari mereka bahkan menertawakan petugas.
"Saya sampai mengatakan akan sujud itu karena kami sudah imbau berkali-kali tapi mereka tetap duduk. Bahkan, ada yang tertawa saat kami menyampaikan imbauan," ungkap Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana.
Yani merasa kecewa, sebab masyarakat tak memandang serius persoalan ini.
"Seolah Covid-19 ini biasa saja," ujarnya (*)