Tragedi Susur Sungai, Jawaban Pembina Pramuka ketika Diperingatkan oleh Warga soal Cuaca: Enggak Apa-apa, Kalau Mati di Tangan Tuhan

Senin, 24 Februari 2020 | 17:15
DOC.Media Center BPBD DIY

Proses evakuasi korban susur sungai di Sungai Sempor Turi.

Sosok.ID - Tragedi susur Sungai Sempor, berakhir nahas.

Cuaca yang tak mendukung menghantamratusan siswa yang menyisir aliran sungai, 249 murid kelas 7 dan kelas 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi korban.

Duka dan luka menyelimuti keluarga korban, tak sedikit siswa yang trauma usai terombang-ambing terseret arus sungai.

Salah seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Jumat (21/2/2020) lalu, Tita Farza Pradita, bercerita tentang peringatan warga setempat terkait kegiatan mereka.

Tita, demikian sapaan gadis itu, mengaku mendengar warga memperingatkan pembina Pramuka sebelum susur Sungai Sempor berlangsung.

Baca Juga: Sosoknya Sangat Ceria, Raffi Ahmad Ternyata Didiagnosis Penyakit Langka yang Sudah Masuk Stadium Tiga, Dokter: Kalau Dia Terlambat Mengobati Akan Sangat Beresiko

"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dilansir Kompas TV.

Namun, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.

"Katanya, 'Enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan', kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.

Tolong Tiga Orang

Tita tak menyangka akan mengalami kejadian mengerikan saat menyusuri Sungai Sempor bersama rekan-rekan sekolahnya dan adik-adik kelasnya.

Pada Jumat (21/2/2020) sore itu, mereka dibagi menjadi beberapa regu untuk masuk ke sungai.

"Satu regu ada yang tujuh dan delapan orang," katanya.

Baca Juga: Diduga Lakukan Penculikan dengan Modus Mengajak Hijrah, Seorang Guru SD Bawa Kabur Belasan Anak Keliling ke Berbagai Daerah Tanpa Sepengetahuan Orang Tuanya

Setelah beberapa saat berjalan, arus besar dari arah atas tiba-tiba menerjang.

Salah seorang rekan bernama Via yang saat itu bersamanya mengeluh tidak kuat menahan arus.

"Via bilang, 'Ta, aku udah enggak kuat'. Tak suruh dia pegangan di pundak," katanya.

Belum selesai bertahan dari arus yang kian deras, Tita mendengar teriakan lain dari adik-adik kelasnya.

"Adik kelas bilang, 'Mbak, Mbak, kae tulungi ana sing wes keli soko nduwur' (Mbak, Mbak, tolongi, ada yang sudah hanyut dari atas). Ya udah saya tolong," papar Tita.

Tita menuturkan berusaha menggapai dua orang yang hanyut dari atas.

Baca Juga: Baru 8 Bulan Nikah Siri, Seorang Nenek Nekat Bunuh Suami ke-7 Hanya Dengan Pisau Dapur Disuruh Memijat, Begini Kronologinya!

Terlepas

Di tengah derasnya arus, Tita mengerahkan tenaganya. Tangan kanannya memegang seorang adik kelas perempuan, sedangkan tangan kirinya menggapai seorang anak laki-laki. Keduanya hanyut terbawa arus dari atas.

"Adik kelas ada dua, (tangan) yang kanan megangin cewek, yang kiri megangin cowok, Via pegang pundak," katanya.

Merasa lelah, pertahanan keempat remaja itu pun runtuh. Mereka terseret arus hingga beberapa meter. Tita mengaku terpisah dari ketiga orang yang sempat ditolongnya.

"Terus aku kesangkut di batu, nangis minta tolong, ada warga yang nolongin," ucap dia.

Tita mengaku tak tahu-menahu mengapa kegiatan susur sungai diadakan. Yang ia tahu, susur sungai menjadi kegiatan rutin Pramuka di SMPN 1 Turi.

"Enggak tahu (tujuannya). Soalnya, setiap tahun kalau mau kemah pasti ada itu (susur sungai)," katanya.

Baca Juga: Bukan Ivan Gunawan, Baru Saja Tiba di Tanah Air, Raffi Ahmad Buru-buru Temui Pengusaha Beristri yang Digosipkan Berpacaran dengan Ayu Ting-Ting, Siapa?

10 orang tewas

Tribunjogja.com | Hasan Sakri
Tribunjogja.com | Hasan Sakri

Khoirunnisa Nur Cahyani Sukmaningdyah, yang merupakan salah satu korban meninggal saat acara susur sungai dimakamkan hari Sabtu (22/2/2020) ini di makam Dusun Karanggawang Girikerto, Turi.

Dalam kejadian tersebut, sebanyak 10 siswa ditemukan dalam keadaan tewas.

Sementara itu, puluhan siswa lainnya mengalami luka-luka.

Polisi telah menetapkan satu orang pembina sekaligus guru SMPN 1 Turi berinisial IYA sebagai tersangka.

Ia disebut menjadi penginisiasi kegiatan tersebut. Namun, saat susur sungai berlangsung, IYA diketahui meninggalkan lokasi.

Baca Juga: Drama Pengkhianatan Politik Malaysia, Mahathir Mohamad Resmi Mengundurkan Diri dari Kursi Perdana Menteri Negeri Jiran

"Satu pembina ada keperluan sehingga meninggalkan rombongan setelah mengantar siswa di lembah Sempor. Dan yang meninggalkan peserta inilah statusnya dinaikkan menjadi tersangka," demikian dikutip dari akun Twitter Polda DIY, @PoldaJogja.

IYA dijerat Pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia.

Polisi juga menjerat IYA dengan Pasal 360 KUHP mengenai Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Luka-luka.

Ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sempat Diperingatkan Warga Tak Susur Sungai, Pembina Jawab "Kalau Mati di Tangan Tuhan"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya