Sosok.ID - Anak adalah karunia dari Sang Pencipta untuk pasangan suami istri yang haruslah dijaga dan dibesarkan menjadi pribadi yang baik.
Bahkan ada banyak pasangan yang menanti mendapatkan momongan namun belum juga diberi oleh Sang Pencipta.
Dalam hal mendidik anak sekalipun, seseorang memang memiliki caranya sendiri-sendiri.
Namun cara kekerasan bukanlah menjadi solusi dalam mendidik anak apalagi anak kandung.
Kisah ini dialami oleh tiga gadis perempuan yang bersaudara yang kerap menjadi sasaran amukan sang ibu kandung.
Tak main-main, selama delapan tahun lamanya ketiga gadis yang berbeda usia ini kerap mendapatkan pukulan, makian bahkan tak pernah mendapatkan uang jajan dari ibunya.
Bahkan untuk urusan perut atau makan, sering sekali ketiga kakak beradik ini tak boleh makan masakan ibunya.
Mereka harus memasak sendiri apabila merasa lapar, padahal si bungsu masih berusia 7 tahun yang belum bisa memasak.
Pengakuan itu diawali dari komentar salah satu remaja perempuan di Samarinda berinisial RM (16) di salah satu akun Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak (TRCPA) Kalimantan Timur.
Dari kecurigaan komentar di media sosial itulah, salah satu anggota tim mulai menelusuri hingga dapat melakukan pertemuan dengan si remaja perempuan tersebut.
Alangkah mengejutkan saat mengetahui kisah ketiga saudara yang selalu jadi sasaran pukulan hingga makian dari ibu kandungnya selama 8 tahun.
Melansir dari Kompas.com, RM mengaku terkadang saat sedang makan, ibunya tiba-tiba mendaratkan pukulan pada tubuh remaja tersebut.
Mulai dari piring plastik hingga gagang sapu pernah mendarat di badan bocah tersebut.
"Kadang kami lagi makan, dia (ibu) ambil piring plastik yang keras pukul ke bagian muka. Ganggang sapu ibu pukul ke bagian punggung dan bagian tubuh kami," ungkap RM saat ditemui Kompas.com di sebuah rumah makan di Jalan Pasundan, Samarinda, Jumat (24/1/2020).
Hal tersebut lantaran sang anak tak boleh makan masakan ibunya sendiri.
Kadang, ibunya tak suka jika ketiga anak perempuan itu makan hasil masakannya.
"Ibu bilang, kalau makan, masak sendiri. Jangan makan makanan saya," ungkap RM menirukan ucapan ibunya.
Sang kakak pun lebih parah mendapat perlakuan dari ibunya, padahal usia kakaknya sudah menginjak 27 tahun.
Pernah beberapa kali balok kayu mendarat ke tubuh sang kakak hanya gegara hal sepele yang tak diketahui oleh mereka.
"Kami ini seakan anak tirinya, padahal kami kandungnya. Kakak saya dipukul pakai balok dan ganggang sapu. Kami dipukul di depan tetangga, bahkan di tempat umum," terang RM.
RM mengaku pukulan dari sang ibu itu spontan dan tak tahu waktu, jadi dirinya dan kedua saudarinya itu seperti harus siap apabila tiba-tiba sang ibu memukul tanpa alasan yang jelas.
"Pukulan itu biasanya spontan, tapi makian hampir kami alami setiap saat," kata dia.
Ditambah lagi dirinya dan sang adik yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar (SD) tak pernah sekalipun mendapat uang saku atau uang jajan dari sang ibu.
Selama delapan tahun lamanya mereka tak pernah merasakan jerih payah sang ibu saat akan berangkat sekolah.
Lantaran selalu merasa kepedihan setiap berada di rumah, dirinya sangat merindukan rasanya kehangatan saat berada di rumah.
"Kami ingin ibu peluk dan kasih sayangnya. Kami ingin diajak curhat bagaimana di sekolah. Itu tidak pernah kami rasakan dari seorang ibu kandung," ungkapnya.
Koordinator Tim Reaksi Cepta Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim yang mendapatkan laporan tersebut pun sempat tertegun dengan apa yang dialami RM dan saudari-saudarinya.
Rina Zainun, Koordinator TRCPA Kaltim yang menginisiasi pertemuan dengan RM pun akan mengusahakan bertemu dengan orang tua remaja tersebut.
Jika ibunya tak bisa menghentikan kekerasan, maka tim akan melapor polisi.
"Nanti kami mau ketemu ibu dari para korban ini dulu. Baru kami bisa sampaikan hasilnya," kata Rina menutup wawancara. (*)