Sosok.ID - Kim Jong Un telah 'memaksakan diri' mengambil langkah ketat demi lindungi Korea Utara dari virus corona.
Virus nCov-2019 atau yang sekarang disebut Covid-19, memang tengah mewabah di hampir seluruh belahan bumi.
Hingga Sabtu (15/2/2020), virus ini telah menginfeksi sebanyak lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia, dan mencetak angka kematian hingga 1383 jiwa.
Melansir Daily Mail, Korea Utara disebut telah mengeksekusi seorang pejabat perdagangan dengan cara ditembak mati.
Eksekusi ini dilakukan lantaran pejabat tersebut mengunjungi pemandian umum ketika ia seharusnya berada di karantina.
Ketakutan akan mewabahnya virus corona, membuat Korea Utara memberlakukan aturan untuk mengkarantina seluruh warganya yang kembali dari China, atau yang telah melakukan kontak dengan orang-orang China.
Sementara sejauh ini, Korea Utara dikonfirmasi memiliki nol kasus virus corona.
Meskipun begitu, Kim Jong-un telah memberlakukan hukum militer yang ketat untuk menegakkan karantina virus corona.
Menurut media Kedia Korea Selatan, pejabat perdagangan tersebut ditangkap dan langsung ditembak mati.
Sebuah laporan di Korea Selatan mengklaim, seorang pejabat Korea Utara telah dieksekusi karena pergi ke pemandian umum sementara dia seharusnya dikarantina.
Dilaporkan surat kabar Dong-a Ilbo, pejabat perdagangan itu ditangkap dan langsung ditembak setelah mengambil risiko penyebaran virus corona dengan mengunjungi pemandian umum.
Pejabat itu harusnya ditempatkan dalam isolasi setelah melakukan perjalanan ke China.
Kim Jong-un memaksakan hukum militer untuk menegakkan kuncian itu, kata sumber, dikutip Sosok.ID, dilansir dari Daily Mail, Sabtu (15/2/2020).
Meski belum mengkonfirmasi adanya kasus corona, Korea Utara memutuskan untuk mengambil langkah drastis demi menghentikan penyebaran epidemi di perbatasannya dengan China.
Pejabat perdagangan itu dikatakan telah melanggar dekrit oleh Kim Jong-un yang berjanji untuk 'memerintah oleh hukum militer' terhadap siapa saja yang meninggalkan karantina tanpa persetujuan.
Seorang pejabat lain dikatakan telah diasingkan ke sebuah pertanian Korea Utara setelah mencoba menutupi perjalanannya ke China.
Pejabat kedua yang dilaporkan adalah anggota Badan Keamanan Nasional kerajaan rahasia.
Adanya klaim pejabat yang melanggar aturan Kim Jong Un dan dibersihkan atau dieksekusi segera, adalah hal biasa di Korea Utara.
Sayangnya, hal yang dipandang dunia Internasional sebagai sesuatu yang biasa ini, sangat sulit untuk diverifikasi.
Tahun lalu, muncul adanya desas-desus yang tersebar luas bahwa seorang pejabat tinggi telah diasingkan karena pertemuan puncak yang gagal dengan Donald Trump.
Namun desas desus itu terbukti tidak benar ketika ia terlihat tampil bersama Kim di depan umum.
Kemarin, Pyongyang mengumumkan bahwa karantina telah diperpanjang menjadi 30 hari, melampaui periode 14 hari yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Media Korea Utara menyebutkan bahwa lembaga pemerintah dan orang asing yang tinggal di Korea Utara diharapkan untuk mematuhi aturan Kim Jong Un 'tanpa syarat'.
Korea Utara hampir sepenuhnya menutup perbatasan dengan China, satu-satunya sekutu diplomatik utamanya.
Penerbangan dari dan ke China juga telah dikurangi dengan jalan dan rel kereta telah ditutup dan sangat dibatasi, sementara turis asing dilarang masuk.
DMZ antara Korea Utara dan Selatan sudah sangat dibentengi dan sangat sedikit orang yang melewatinya.
Pyongyang juga menangguhkan operasi di kantor penghubung yang telah mereka jalankan bersama dengan Korea Selatan yang terletak di utara perbatasan.
Media pemerintah melaporkan bahwa Palang Merah Korea Utara telah dikerahkan ke 'daerah yang relevan' di seluruh negeri untuk memantau orang-orang dengan gejala yang mungkin terinfeksi virus corona.
"Mereka sedang melakukan kegiatan informasi dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai metode di tempat-tempat umum untuk memperkenalkan pengetahuan medis secara umum tentang epidemi,
"dan mendorong orang untuk bermain lebih penuh pada sifat-sifat moral mulia dalam membantu dan memimpin satu sama lain ke depan," lapor KCNA.
Puluhan ribu pekerja Korea Utara diyakini bekerja di China sebelum perintah PBB agar Beijing mengirim mereka kembali ke rumah pada bulan Desember lalu.
Tidak diketahui berapa banyak dari mereka yang kembali ke rumah.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia yang berpusat di Pyongyang mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kasus virus corona yang dikonfirmasi.
Namun, beberapa media Korea Selatan melaporkan banyak kasus dan bahkan kemungkinan kematian akibat virus corona di Korea Utara.
Korea Utara mengambil tindakan karantina keras yang serupa selama penyebaran SARS 2002-2003 silam, yang juga dimulai dari China.
Menurut Pemerintah Korea Selatan, Korea Utara juga tidak melaporkan adanya kasus SARS pada saat itu.
(*)