Kisah Pak Umay, Tak Bisa Berenang Dan Rumah Tenggelam Gegara Banjir Dalam Hitungan Menit, Nekat Panjat Pohon Ceri Selama 6 Jam Demi Selamatkan Istri

Minggu, 05 Januari 2020 | 16:13
Kolase TribunJakarta.com (Aan/Yusuf Bachtiar)

Kisah Pak Umay, Tak Bisa Berenang Dan Rumah Tenggelam Gegara Banjir Dalam Hitungan Menit, Nekat Panjat Pohon Ceri Selama 6 Jam Demi Selamatkan Istri

Sosok.ID - Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya mashih menyisakan banyak kisah di dalamnya.

Dari angka kematian yang cukup tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, hingga porak-porandanya rumah warga yang terdampak banjir.

Bantargebang merupakan satu dari sekian banyak wilayah di Kota Bekasi yang terkena dampak banjir besar yang terjadi sejak tiga hari lalu.

Kawasan di Bantargebang yang terdampak banjir notabene adalah daerah yang dekat dengan aliran Sungai Cileungsi. Luapan air kali membuat pemukiman di sekitarnya terendam.

Baca Juga: Ini Alasan Susi Pudjiastuti Marah Saat Natuna Diklaim China, Netizen Mendukung Mantan Menteri Dengan Tagar #NatunaBukanNacina

Seperti yang dialami Umay Saman (59), warga yang tinggal di Jalan Pangkalan I, RT02, RW26, Kelurahan Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi.

Rumahnya yang berada tidak jauh dari bantaran kali terendam hampir sekitar dua meter lebih. Ia bahkan sempat mengevakuasi diri ke sebuah pohon ceri samping rumah demi bertahan hidup.

"Saya sama istri saya waktu kejadian, jadi rumah saya itu kan toko kusen sama warung makan, di situ saya tinggal berdua aja," kata Umay kepada TribunJakarta.com, Jumat, (3/1/2020).

Musibah ini muncul ketika hujan deras terjadi sejak malam tahun baru hingga dini hari. Kala itu, air Sungai Cileungsi dekat kediaman rumahnya nampak naik.

Umay bukan tidak tahu kalau banjir akan segera melanda, dia kemudian bergegas menyelamatkan barang-barang berharta miliknya agar tidak terendam banjir.

Baca Juga: Siap Perang! Iran Telah Kibarkan Bendera Merah Isyarat Siap Balas Dendam pada AS Terkait Kematian Soleimani, Donald Trump Siagakan 3.000 Pasukan di Timur Tengah

"Barang-barang saya naikin, kusen di tempat saya kerja saya iket-iketin biar enggak ke bawa banjir," ujarnya.

Namuan, derasnya luapan air sungai rupanya tidak bisa diprediksi. Air dengan cepat masuk memenuhi seisi ruangan tempat tinggalnya.

Umay dan sang istri bernama Rani (43), langsung berusaha mengevakuasi diri dengan naik ke atas meja bersama-barang berharga miliknya.

"Cuma saya enggak nyangka, air naik cepet banget, saya pertama naik di kursi, saya bilang istri udah di sini aja dulu, cuma lama-lama makin naik air, terus saya suruh dia naik ke meja buat biasa orang makan," jelas dia.

Baca Juga: Jika Jadi Dibeli TNI, Iver Huitfeldt Class Bakal Jadi Lawan Berat Fregat AL China

Dalam hitungan jam, air terus mengalami peningkatan yang sangat drastis, dia dan sang istri terjebak di dalam rumah.

Umay mengaku berusaha keluar dengan membawa sang istri. Perlahan air yang sudah hampir menyentuh langit-langit rumah membuatnya kesulitan.

TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR

Umay ketika dijumpai di kediaman adiknya di daerah Bojong Kulur, Jumat (3/1/2020).

"Istri saya enggak bisa berenang, saya harus pegangin dia, tadinya saya mau ajak keluar cuma susah airnya udah tinggi," paparnya.

Derasnya arus juga membuatnya tidak berani untuk asal berenang, saking derasnya, dinding rumah bahkan roboh karena tidak kuasa menahan gempuran air.

"Tembok jebol, istri udah makin panik, saya pegangan ke baja ringan rumah, naik ke atap, barang-barang kelelep semua udah enggak mikirin yang penting waktu itu selamat aja dulu," imbuhnya.

Sambil memegangi istrinya, Umay betahan di atap sambil perpegangan pada baka ringan rangka atap rumah. Namun, tiba-tiba atap baja ringan yang ia genggam roboh hingga menimpa bahunya.

Baca Juga: Pantas Kapal China Getol Bolak-balik, Rupanya Peraiaran Natuna Simpan 'Harta Karun' Bernilai Fantastis Selain Sumber Daya Ikan dan Alam yang Indah

"Saya sempet ketiban atap baja ringan rumah saya, karena saya pegangan mungkin enggak kuat," paparnya.

Dari situ, ia kemudian berusaha keluar dan mengapai apapun yang bisa diraih. Salah satu yang paling dekat adalah pohon ceri yang berada persis di samping kediamannya.

"Akhirnya istri saya suruh pegangan pohon ceri, kita naik ke atasnya, air udah nutupin hampir ke atap rumah," jelas dia.

Pemukiman tempat tinggalnya memang bukan padat penduduk. Kebanyakan tempat tinggal di sana adalah sekaligus toko usaha rumah makan.

Baca Juga: Lina Tiba-tiba Cerita Tentang Surga dan Melihat Air Terjun, Rizky Febian Ungkap Firasat Tak Baik Sebelum Mantan Istri Sule Menghembuskan Napas Terakhirnya

"Tetangga udah pada duluan berhasil selamat, udah sepi, di sana ada Lapo (rumah makan), dekat sama saya cuma orangnya udah selamat duluan, selebihnya ada pabrik," jelas dia.

Selama kurang lebih 6 jam itu, dia bertahan hidup tanpa alat komunikasi. Jarak pemukiman warga yang jauh membuat mereka kesulitan dimetahui keberadaannya.

"Saya cuma berusaha minta tolong sama nepak-nepak air biar orang pada ngeliat, karena saya di pohon ceri takutnya enggak keliatan orang," ujar dia.

Ketika terjebak banjir itu, beberapa ancaman sempat dia lalu, misalnya bertemu dengan seekor bawak besar hingga ular. Beruntung, Umay dan istrinya bisa selamat dari ancaman binatang buas.

Pertolongan akhirnya datang dari warga pekerja pabrik yang berada dekat kediamannya. Saat itu, dia melihat pekerja sedang berjalan menyisir tembok dimana kondisi di dalam pabrik turut terendam banjir.

Baca Juga: Foto-Foto Gelar Pasukan TNI di Natuna, Siap Sedia Menyambut Datangnya Eskalasi Konflik dengan Coast Guard China

Dok Aan untuk TribunJakarta.com

Ilustrasi banjir bandang

"Akhirnya ada orang pabrik saya langsung teriak minta tolong, dia sempet pergi dulu manggil temennya, enggak lama balik lagi bawa tambang sama ban, pokoknya saya di pohon dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore kira-kira," jelas dia.

Jarak antara titik orang yang hendak menolongnya sekitar ratusan meter. Dia ban dalam yang sudah diikat tambang lalu dilempar ke arahnya agar dapat dijangkau.

"Ada dia ban, cuma yang satu nganyut, abis itu yauda saya ambil bannya istri saya tarik suruh pegang ban," ungkapnya.

Pikiran berkecamuk sempat menderanya, terlebih istrinya yang sudah kelelahan saat harus bertahan selama 7 jam di atas pohon ceri.

Baca Juga: Prabowo Melempem Hadapi Kenekatan China Dilaut Natuna, Susi Pudjiastuti Sindir Mengenai Kedekatan Menhan Dengan Negeri Tirai Bambu

Keduanya kemudian berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat. Beruntung Umay dan Istri tidak mengalami luka parah, hanya saja luka bekas tertimpa benda-beda sempat dialami keduanya.

"Saya bilang sama istri Alhamdulillah kita selamat, abis itu saya langsung ngungsi ke rumah saudara di Kranji, istri di sana, komdisinya baik," ujarnya.

Umay mengaku belum mengecek kembali kondisi rumah sekaligus tempat usahanya yang terendam banjir. Dia dan sang istri rencananya akan memilih pindah lantaran trauma dengan kejadian banjir yang menimpa.

"Saya ngontrak di situ baru setahun, masih ada sisa setahun si kontrakan kan 2 tahun sekaligus, tapi kayanya udah mau pindah aja, besok saya mau ngecek lagi barang yang masih selamat," jelasnya. (Yusuf Bachtiar)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Cerita Umay, Korban Banjir di Bantargebang Bertahan 6 Jam di Atas Pohon Ceri dengan Sang Istri"

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : TribunJakarta.com

Baca Lainnya