Cuma Tamatan SD, Tukang Tadah Hujan Asal Yogyakarta Mendadak Jadi Miliarder Setelah Temukan Madu Terbaik di Asia Hingga Diakui Rakyat Tiongkok

Rabu, 04 Desember 2019 | 11:13
Kolase gambar Kompas.com/Markus Yuwono dan ilustrasi madu dari Pexels.com

Cuma Tamatan SD, Tukang Tadah Hujan Asal Yogyakarta Mendadak Jadi Miliarder Setelah Temukan Madu Terbaik di Asia Hingga Diakui Rakyat Tiongkok

Sosok.ID - Belakangan, seorang pria asal Gunungkidul, Yogyakarta sempat buat publik berdecak kagum dengan usahanya.

Bagaimana tidak, dikenal sebagai sososk yang biasa-biasa saja, pria asal Gunungkidul, Yogyakarta ini diam-diam telah membawa harum nama bangsa ke mata dunia lewat tangan dinginnya.

Tak tanggung-tanggung, meski hanya lulusan SD, pria asal Gunungkidul, Yogyakarta ini bahkan begitu dihargai warga Tiongkok berkat usaha yang ia kembangkan selama ini.

Adalah Purwanto (65) warga Dusun Banaran I, Desa Banaran, Gunungkidul, Yogyakarta yang mendadak jadi sorotan media.

Baca Juga: Lumpuhkan Anggota TNI Hingga Salah Satu Tangannya Putus,Granat Gas yang Diduga Jadi Sumber Ledakan di Monas Bikin Pengamat Intelejen Ragu: Logikanya ya Granat Nanas

Pria yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai tukang tdah hujan khas warga Gunungkidul ini mendadak jadi perbincangan publik terkait madu hasil budidayanya.

Melansir Kompas.com dan Tribun Jogja, jenis madu yang dibudidaya oleh Purwanto selama puluhan tahun itu rupanya menjadi salah satu madu dengan kualitas terbaik di Asia.

Tak hanya di Asia saja, kemahsyuran kualitas madu yang dibudidaya oleh Purwanto ini bahkan kabarnya sampai diakui oleh penduduk daratan Eropa.

Padahal sebelum sukses, Purwanto hanyalah tukang tadah hujan, dan petani palawija yang tak pernah mengenyam pendidikan apapun soal kehutanan.

Baca Juga: Sandra Dewi Sibuk Urus Anak Sampai Tak Bisa Potong Poni dan Minder dengan Penampilannya, Suami Datangkan Salon ke Rumah

Keberhasilan Purwanto ini rupanya berawal dari ketidaksengajaan yang ia temukan puluhan tahun yang lalu di Hutan Waganama.

Hutan Waganama sendiri adalah hutan penelitian milik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang sudah ada sejak dahulu.

Di tengah kerimbunan dan keasrian hutan Waganama, Purwanto rupanya berhasil menemukan jenis madu yang membawa nama harum bangsa ke mata dunia.

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, saat pertama kali menemukan madu tersebut, Purwanto saat itu masih menjadi tukang ukur tanaman di hutan Waganama di tahun 1983.

Baca Juga: Gegara Onderdil Moge Ilegal di Pesawat Garuda, Menkeu Dibuat Heran Dengan Perilaku Pebisnis Indonesia, Sri Mulyani: Ada Saja Penumpang Gelapnya!

Kala itu, Purwanto tengah memperhatikan sekelompok lebah yang mengelilingi pohon Akasia jenis Mangium dan Eukaliptus.

Penasaran mengapa selalu melihat banyak lebah yang mengitari pohon-pohon itu, Purwanto pun terus memperhatikan perkembangan di sekitar pohon setinggi 10-15 meter itu.

Lama mengamati, Purwanto sadar ada beberapa bagian daun pohon Akasia yang basah usai dikelilingi sekelompok lebah.

Awalnya, Purwanto mengira itu adalah embun yang menempel pada daun, namun ketika ia menjilatnya, ternyata cairan basah itu terasa sangat manis.

Baca Juga: Kejam! Bocah Berusia 9 Tahun Dipaksa Ngemis Selama 2 Tahun, Tak Bawa Uang Maka Dipukul Ibunya, Hasilnya Dipakai Bayar Arisan, Ini Videonya!

Usut punya usut, cairan basah yang menempel pada daun Akasia itu adalah madu.

Madu tersebut punya tekstur dan rasa manis yang belum pernah Purwanto rasakan sebelumnya.

Dimakan rasa penasaran, Purwanto pun kembali melihat pohon tersebut pada keesokan hatinya.

Ia penasaran apa yang membuat lebah-lebah tersebut menghasilkan madu yang begitu manis.

Baca Juga: Ningsih Tinampi Mengaku Suaminya Jadi Siluman di Keluarganya : Setiap Hari Datang ke Dukun

"Lain hari mengecek. Sebenarnya makan apa tho lebah ini," kata Purwanto dilansir dari Kompas.com, Senin (2/12/2019).

Setelah lama mengamati, ternyata lebah-lebah tersebut mengambil sari makanan dari nektar atau cairan manis yang muncul dari bunga pada pohon Akasia.

"Saya lalu mengecek, keluarnya nektar ini dari mana. Daun muda diambil dari ujung daun dan kelopaknya," ujar Purwanto.

Menemukan hal yang menarik, Purwanto lantas menanyakannya pada pengelola hutan Waganama.

Baca Juga: Karier Melejit Jadi PNS, Pria Ini Pilih Lepas Jabatan Setelah Mengabdi 14,5 Tahun, Alasannya Bikin Haru: Amanah yang Sangat Besar, Digaji Oleh Rakyat!

Purwanto bahkan meminta izin kepada pihak pengelola untuk bisa memelihara lebah-lebah di sekitar hutan dan memanfaatkan hasil hutan.

Dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, usai mendapatkan izin, Purwanto pun langsung membuat sangkar lebah madu di sekitar hutan yang dekat dengan pohon Akasia.

Di sekitar hutan Waganama, pohon Akasia sudah ada di hampir seluruh kawasan hutan dan menguasai sekitar 6 petak hutan.

Sekitar 300 sangkar lebah madu, Purwanto pasang di sekitar hutan Waganama.

Baca Juga: Sang Ibu Pernah Jatuh di Toilet Saat Mengandungnya, Bocah 12 Tahun Ini Lahir Tanpa Kemampuan Bergerak, Bertahan Hidup Cuma dari Bubur Saset

Kolase gambar Kompas.com/Markus Yuwono dan ilustrasi madu dari Pexels.com
Kolase gambar Kompas.com/Markus Yuwono dan ilustrasi madu dari Pexels.com

Cuma Lulusan SD dan Tukang Tadah Hujan, Pria Asal Yogyakarta Sukses Jadi Produsen Madu Terbaik di Asia dengan Omzet Miliaran Hingga Diakui Rakyat Tiongkok

Dalam satu tahun, Purwanto bisa memanen madu hasil budidaya sebanyak 5 kali pada bulan Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober.

Melansir Tribun Jogja, sekali panen, setiap kotak yang ia miliki bisa menghasilkan 3-5 kilogram madu dengan kualitas terbaik.

Harga jual madu hasil budidaya Purwanto pun tak main-main, per kilogramnya bisa dijual dengan harga Rp 600 ribu.

Dalam sebulan, Purwanto bisa meraup omzet hingga nyaris satu miliar rupiah sekali panen.

Baca Juga: Mendadak Tajir Dalam Semalam, Kakek 74 Tahun Kabur Tinggalkan 14 Anaknya Demi Hedon dengan Gadis 18 Tahun, Endingnya Malah Ngenes!

Saking bagusnya kualitas madu hasil budidayanya ini, tak ada satu pembeli pun yang menawar patokan harga jualnya.

"Madu di hutan Wanagama tak perlu ditawar. Dari orang mana-mana itu yang beli. Mereka sudah tahu kualitas, rasa, dan keasliannya," ucap Purwanto.

Temuannya tentang pohon Akasia yang menjadi sumber makanan lebah direspons serius oleh pihak UGM.

Pihak UGM bahkan menyebarkan informasi terkait madu budidaya Purwanto ini ke berbagai negar di Asia hingga Eropa.

Baca Juga: Rahasia Kekuatan Ningsih Tinampi Terbongkar, Ia Mendapat Keahlian Menyembuhkan Orang Gegara Kejadian Kelam Ini

Bahkan, negara China waktu itu menganggap madu yang dihasilkan dari hutan Wanagama hasil tangan dingin Purwanto merupakan yang terbaik di Asia.

Kualitas madu hasil budidaya Purwanto ini pun mendunia.

Atas kegigihan itu, dirinya dijuluki 'profesor' meski hanya lulusan SD.

Seiring perkembangan madu budidayanya, Purwanto pun keluar dari pengurusan hutan Wanagama.

Baca Juga: Sehari-hari Sibuk Narik Becak Mendadak Ngaku Jadi Nabi, Pria di Tana Toraja Ajarkan Ilmu Sesat dan Tak Wajibkan Pengikutnya untuk Solat 5 Waktu

Akan tetapi pihak pengelola hutan tetap meminta Purwanto untuk membantu pengelola hutan Wanagama setiap saat ada yang ingin belajar pengelolaan lebah.

Sampai detik ini sudah ada sekitar 3000 sangkar lebah madu yang tersebar di area hutan Waganama.

Penghasilan yang menggiurkan ini bisa meningkatkan perekonomian warga dan mengurangi potensi keinginan warga menebang pohon di hutan.

"Istilahnya untuk menanggulangi kerusakan hutan juga," tandas Purwanto.

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Kompas.com, YouTube, Tribun Jogja

Baca Lainnya