Kisah Paguh, Orangutan yang Bertaha Hidup Dengan 24 Peluru di Tubuhnya Serta Harus Menabrak-nabrak Saat Berjalan Karena Buta!

Jumat, 29 November 2019 | 10:05
Kolase YOSL-OIC/Handout via Kompas.com

Kisah Paguh, Orangutan yang Diberondong 24 Peluru Hingga Harus Bertahan Hidup Dengan Kebutaan di Hutan

Sosok.ID - Nama Paguh artinya kuat dan tangguh dalam bahasa Karo.

Panggilan itu disematkan pada seekor orang utan yang sedang berjuang bertahan hidup dengan kondisi yang menyedihkan.

Satu individu orangutan sumatera (Pongo abelii) dewasa berjalan di tanah di sebuah perkebunan kelapa sawit.

Tangannya menggapai-gapai ke atas seperti ingin memanjat, badannya kemudian menabrak pelepah kelapa sawit.

Baca Juga: Bermanuver Mencurigakan di Langit Indonesia, Jet Tempur Hawk TNI AU Pernah Pergoki F-18 Hornet Australia Menyusup ke Ruang Udara Nasional, Hampir Saja Dijatuhkan!

Orang utan jantan berusia 25 terlihat kuat menjalani operasi pengeluaran 24 butir peluru senapan angin yang bersarang di tubuhnya.

Paguh awalnya ditemukan dalam kondisi sekarat oleh petugas patroli hutan.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melalui tim SKW II Subulussalam bersama YOSL-OIC dan masyarakat melakukan evakuasi terhadap satu orangutan dengan kondisi terluka dan kedua matanya buta diduga akibat tembakan senapan angin.

Dia dievakuasi dari sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada Rabu (20/11/2019) oleh tim The Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) bersama tim dari BKSDA Aceh.

"Evakuasi dilakukan pada Rabu (20/11/2019) di kawasan Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan,” kata Agus Arianto, Kepala Balai KSDA Aceh dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (27/11/2019).

Baca Juga: Renata, Ditembak Tepat di Wajah Oleh Mantan Kekasihnya yang Pura-pura Jadi Perampok, Diduga Karena Hal Ini! Begini Video Kronologinya!

Hewan khas Indonesia itu pun kini sedang ditangani oleh tim medis sejak Kamis (21/11/19) dan telah dibawa ke Stasiun Karantina.

(DOK BKSDA)

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melalui tim SKW II Subulussalam bersama YOSL-OIC dan masyarakat melakukan evakuasi terhadap satu individu orangutan dengan kondisi terluka dan kedua matanya buta diduga akibat tembakan senapan angin. Rabu (27/11/2019).

“Untuk mendapatkan penanganan medis, sejak Kamis (21/11/2019) orangutan itu telah dibawa ke Stasiun Karantina Orangutan Batu Mbelin Sibolangit,” katanya, dikutip dari Kompas.com.

Karantina orangutan tersebut yang dikelola oleh dua lembaga swadaya, yakni The Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL).

"Ada 24 peluru di tubuhnya. Kedua matanya buta, diduga akibat tembakan. Upaya penyelamatan masih dilakukan," kata Agus, Kamis (28/11/2019), dikutip dari Kompas.com.

Sementara itu, menurut Dokter Hewan YEL-SOCP, drh. Meuthya, hasil pemeriksaan kesehatan orangutan yang kini diberi nama Paguh ditemukan bahwa kedua mata Paguh telah buta.

Baca Juga: Baru Seumur Jagung Jadi Komut Pertamina, Ahok Langsung Dituntut Ganti Rugi oleh Nelayan Karawang

Di mana, bola mata kanan tampak merah sementara bola mata kiri keruh diduga karena cedera yang terjadi lebih dahulu dibanding bola mata kanan.

Menurut pendiri YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo saat berada di kantornya di Medan pada hari Kamis siang (28/11/19), orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup.

"Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam, atau peluru (senapan angin)," katanya, dikutip dari Kompas.com.

Tim dokter yang menangani Paguh mengatakan bahwa hasil identifikasi terhadap primata endemik Indonesia tersebut mengalami luka cukup parah yang mempengaruhi kondisi matanya yang membuat kebutaan.

“Hasil x-Ray teridentifikasi 24 peluru yang tersebar di seluruh tubuhnya, 16 peluru di bagian kepala, 4 peluru di bagian kaki dan tangan, 3 peluru di daerah panggul dan 1 peluru di daerah perut," sebut Meuthya yang dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Belum Sebulan Jadi Komisaris Utama PT Pertamina dengan Gaji Selangit, Ahok Diterawang Denny Darko Bakal Bikin Kisruh Besar: Dia Akan Gagal Memimpin!

(YOSL-OIC)

Seorang anggota tim HOCRU YOSL-OIC memeriksa orangutan sumatera bernama Paguh usai dibius untuk dievakuasi dari perkebunan kelapa sawit di Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Orangutan ini sebelumnya hanya bisa berjalan di tanah dan tangannya menggapai-gapai karena buta. Orangutan ini sekarang berada di Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Lokasi penemuan Paguh sebenarnya tak jauh dari Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang menjadi habitat orangutan Sumatera di wilayah Aceh Selatan.

Wilayah tersebut menjadi habitat bagi lebih dari 1.300 orangutan Sumatera.

"Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun," katanya.

Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia. Menurutnya, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal. "Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi," katanya.

Baca Juga: Menangis dan Berkeringat Saja Tak boleh Apalagi Mandi, Kisah Gadis 21 Tahun yang Miliki Alergi Terhadap Air, Tersiksa karena Tak Bisa Makan Sayur dan Minum Air

Apa yang dialami Paguh bukan kasus pertama, dokter hewan Citrakasih Nente Supervisor Program Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan YEL-SOCP mengatakan, dia pernah menerima orangutan dengan 100 butir lebih peluru di tubuh.

Sepanjang sepuluh tahun terakhir, YEL-SOCP sudah menerima sekira 20 orangutan korban senapan angin.

Paguh adalah jenis Pongo abelii yang berbeda dengan Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanulienses) yang habitatnya berada di ekosistem Batangtoru, Sumatera Utara.

Saat ini, ketiga spesies tersebut masuk daftar merah atau sangat terancam punah oleh International Conservation Union (IUCN).

Baca Juga: Jokowi Berikan Grasi Pada Napi Koruptor Karena Alasan Kesehatan, Peneliti ICW Angkat Bicara, Kurnia: Narasi Antikorupsi yang Diucapkan Oleh Presiden Itu Hanya Omong Kosong!

Jumlah populasi di alam liar diperkirakan tinggal 13.400 untuk orangutan Sumatra dan 800-an orangutan Tapanuli. (*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Kompas.com