Sosok.ID - Polisi akhirnya berhasil membekuk pelaku pelemparan sperma di Tasikmalaya.
Pelaku diketahui bernama Sigit Nugraha (25).
Selain melakukan pelemaran sperma, Sigit juga diketahui melakukan aksi begal payudara.
Mengutip Kompas.com, Rabu (20/11/2019) semuanya itu dilakukan Sigit untuk melampiaskan hasrat seksualnya.
"Sesuai pengakuan tersangka, modus tersangka pelempar sperma dan remas payudara adalah untuk kepuasan dirinya sendiri," kata Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto, di Mako Polres Tasikmalaya Kota, Rabu (20/11/2019).
Anom lantas membeberkan bagaimana modus operandi pelaku dalam melaksanakan aksinya.
Bermodal sepeda motor, Sigit berkeliling kota Tasikmalaya untuk mencari korbannya.
Ketika sudah menemukan perempuan sebagai target untuk pemuasan nafsunya, Sigit lantas menghampiri calon korbannya.
Sigit kemudian modus kenalan kepada sasarannya sembari menyapa.
Tak berselang lama ia duduk dimotornya dan melakukan masturbasi didepan korban.
Setelah itu ia cipratkan hasil masturbasi ke arah muka korban.
"Hasil masturbasi yakni sperma ada yang dicipratkan ke arah muka korban, dan ada juga yang dioleskan ke tangan dan pipi korban," kata Anom.
Sigit rupanya juga sering melakukan begal payudara saat ada perempuan mengendarai sepeda motor sendirian.
"Kalau yang korban remas payudara ada satu orang yang melapor. Korban adalah keponakan LR (43), salah seorang korban pelemparan sperma yang pertama kali melaporkan resmi ke Kepolisian," kata Anom.
Sigit mengidap Ekshibionisme
Aksi teror yang dilakukan Sigit Nugraha termasuk gangguan ekshibisionisme.
Penyakit kejiwaan ini dijelaskan oleh Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ saat dihubungi Kompas.com Minggu (17/2019). Ia menjelaskan ekshibisionisme ialah perilaku orang yang senang memperlihatkan alat kelaminnya di hadapan orang asing.
Dharmawan melanjutkan jika ekshibisionisme muncul sebagai bentuk ketidakmampuan seseorang dalam menyalurkan hasrat seksualnya.
Pelaku bakal sangat menikmati jika korbannya yang rata-rata perempuan, ketakutan akibat kelakuannya.
Ekshibisionisme dipicu oleh gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan pedofilia.
Selain itu perilaku tersebut bisa disebabkan oleh pelecehan seksual saat anak-anak.
Dharmawan menjelaskan jika bertemu dengan orang pengidap penyakit ini, korban segera lari menjauh dan berteriak minta tolong.
Atau hanya dengan menjauh saja tanpa dan sebisa mungkin perlihatkan ekspresi wajah datar kepada pelaku.
Mereka memamerkan kemaluan atau bagian privatnya kepada orang lain, karena tidak berani melakukan tindakan secara fisik pada korban.
"Enggak berani memperkosa. Ya, teriaki saja," jawab Dharmawan singkat. (*)