Sosok.id - Hanya berjualan es teh saja, penjual ini mampu meraup keuntungan yang fantastis.
Belakangan media sosial dihebohkan dengan seorang penjual es teh asal Solo, Jawa Tengah yang selalu diserbu pembeli.
Kisah penjual es teh tersebut viral setelah akun Instagram @agendasolo mengunggah potretnya di media sosial pada Senin (18/11/2019).
Dalam unggahannya, terlihat antrian pembeli yang hendak membeli es teh di sebuah warung kecil.
Berdasarkan keterangan yang ditulis akun tersebut, lokasi warung penjual es teh itu berlokasi di dekat Puskesmas Purwodiningratan, Jebres, Solo.
Melansir dari Tribun Solo, warung tersebut ternyata sudah dibuka sejak tahun 1994 oleh sang pemilik, Warsinem.
Putri tunggal Warsinem, Sri Atin (46) mengatakan bahwa ibunya dahulu membantu ayahnya, Daryanto (68) untuk berjualan di warung tersebut.
"Awal jualan itu tahun 1994, dulu kan ada bapaknya (jadinya) bukanya 24 jam, terus bapak meninggal setahun lalu karena sakit, maka diterusin sama ibu sendiri," kata Sri kepada Tribun Solo, Selasa (19/11/2019).
"Dulu, ya, yang jualan bapak sama ibu saja," jelasnya.
Hanya bermdal warung berukuran 2x1 meter persegi, Warsinem mulai menjajakan es tehnya sejak pukul 07.30 WIB hingga 18.00 WIB.
Adapun satu gelas es teh dengan rasa yang manis, sepet dan kental itu dihargai Rp 2.500 saja.
Selain es teh, Warsinem sebenarnya juga menjual makanan seperti gorengan, nasi oseng, dan juga nasi bandeng.
Namun, untuk penjualan es teh, sehari Warsinem dapat menghabiskan kurang lebih 17 pack kantong plastik.
Bahkan, pernah suatu hari seseorang yang mengaku dari Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, jauh-jauh membeli es teh ke tempatnya untuk dijual lagi secara online seharga Rp 3.000.
Menurut pengakuan Sri, penjualan es teh akan menurun ketika sudah memasuki musim hujan.
"Kalau hujan laku sih tapi berkurang, itu kalau hujan enggak nyampai 10 pack, paling ya enam sampai tujuh pack," aku Sri.
Sementara untuk pembelinya, Sri mengatakan kebanyakan pelanggannnya adalah para pekerja proyek dan orang-orang yang hendak berangkat bekerja.
"Pekerja proyek banyak, orang-orang kantoran jarang, orang lewat-lewat gitu kadang-kadang buat (bekal minum) waktu kerja," ujar Sri.
Menurut cerita Sri, pelanggannya kadang tidak sabar menunggu.
Saat tehnya masih panas karena habis diseduh, pelanggannya kadang mau saja meminum es teh panas tersebut.
"Sempet tehnya belum dingin, banyak yang nyari (beli), sampai mereka tuh bilang es teh panas, itu udah diambili," terang Sri.
Bahkan para pelanggannya sudah menunggu sejak pukul 07.30 WIB ketika warung tersebut hendak dibuka.
"Orang-orang itu pada nunggu sejak warung ini buka, ya dari pukul 07.30 WIB," imbuhnya membeberkan.
Sri merasa bahwa pelanggan rela mengantri di warungnya karena rasa es teh yang dibuat Warsinem yang kental.
Baca Juga: Kapolres Kampar Dicopot dari Jabatannya Akibat Ngobrol Saat Kapolri Idham Aziz Berikan Arahan
Sebab, teh hanya diseduh sekali dan tak pernah ditambah air lagi.
"Apa ya mungkin tehnya enggak pernah dijok, langsung sekali kita buat enggak pernah tambah air," tutur Sri.
"Pokoknya matang dan sudah habis ndak pernah ditambah air lagi, ya, jadi masih kental," tambahnya.
Sri mengungkapkan bahwa ayahnya meracik teh seperti pada umumnya.
Baca Juga: Kapolres Kampar Dicopot dari Jabatannya Akibat Ngobrol Saat Kapolri Idham Aziz Berikan Arahan
Namun, Sri percaya bahwa air yang digunakan untuk menyeduh teh tersebut mempengaruhi rasa.
Selama ini, teh yang dijual di warungnya hanya diseduh menggunakan air sumur.
"Itu racikan bapak sendiri, kadang pembeli juga tanya cara buat gimana, sebenernya sama aja, tapi setelah dicoba katanya rasanya beda," kata Sri.
"Mungkin pengaruh airnya juga, walaupun tehnya sama juga, kalau enggak salah pakai teh Gopek," tambahnya.
Baca Juga: 6 Film Kartun yang Menyimpan Konspirasi Mengerikan Dunia
"Kami pernah coba pakai air isi ulang rasanya jadi ndak enak, kurang mantap, enggak ada rasanya, mungkin ada obat mungkin ya, pernah coba tapi kurang mantap," tandasnya.
(*)