Dokter Soeko, Pahlawan Kemanusiaan Berusia 53 Tahun, Minta Ditugaskan di Wilayah Terisolir Namun Gugur Saat Pecah Kerusuhan Wamena

Kamis, 26 September 2019 | 16:10
Kolase Facebook Balai Litbangkes Papua

Dokter Soeko, Pahlawan Kemanusiaan Berusia 53 Tahun, Meminta Ditempatkan di Wilayah Terisolir Namun Gugur Saat Pecah Kerusuhan Wamena

Sosok.ID - Dokter Soeko Marsetiyo (53), seorang dokter umum yang memilih meninggalkan keluarganya untuk melayani masyarakat.

Dokter Soeko berasal dari Yogyakarta, namun 5 tahun lalu memutuskan untuk berangkat ke Papua.

Bukan untuk jalan-jalan ataupun urusan lain, ia mengemban tugas sebagai dokter.

Dokter Soeko terakhir sebelum dikabarkan meninggal dunia, bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua.

Baca Juga: Main Serong dengan Kembaran Suaminya Hingga Hamil, Wanita Ini Ngaku Tak Tahu Siapa Ayah Biologi Bayinya

Sekretaris Dinas Kesehatan Papua, dr. Silwanus Sumule, SpOG(K) mengatakan ia tak begitu mengenai Soeko sebelumnya.

Namun saat dokter umum tersebut datang ke Papua sekitar 2014 lalu, ia tercengang dengan permintaan Soeko.

Di usia yang tak lagi muda, ia justru meminta ditempatkan di wilayah terisolir untuk bertugas sebagai tenaga medis.

"Saya tidak terlalu tahu dia sebelumnya bertugas di mana, tetapi ketika dia datang di Papua dia langsung bertugas di Tolikara dan memang dia meminta pelayanannya di daerah yang terisolir," tuturnya saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (26/9/2019).

Baca Juga: Sungguh Keterlaluan! Miliki Fisik Tak Sempurna, Bocah 2 Tahun Ditolak Oleh Penitipan Anak, Alasannya Bikin Jengkel

Bahkan ia menilai keputusan yang diambil oleh Soeko untuk bertugas di daerah terpencil mengejutkannya.

Sebab di usia yang sudah menginjak kepala lima tersebut biasanya orang lebih memilih untuk bertugas di kota asalnya.

Atau paling tidak ditempatkan di daerah yang dekat dengan keluarganya.

Tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi dr Soeko yang terus bersikeras untuk tetap mengabdi di pedalaman Papua.

Baca Juga: Capek Dengar Hakim Baca 175 Halaman Vonis Penjara Seumur Hidup, Prada DP Merem Melek Nahan Kantuk

"Itu luar biasa, beliau mau mengabdi di daerah yang sulit di usianya sekarang 53 tahun. Biasanya orang sudah meminta di kota, dia masih meminta untuk bertahan di daerah yang terisolir," kata Silwanus, dikutip dari Kompas.com.

Namun sayang, pengabdiannya untuk menjadi petugas kesehatan harus terhenti pada 23 September 2019 kemarin.

Orang yang dikenal ramah dan murah senyum tersebut menjadi salah satu korban dari kerusuhan di Wamena.

Sebelum meninggal dr Soeko sempat mendapatkan penanganan medis di RSUD Wamena.

Baca Juga: Kisah Kaisar China yang Nekat Korbankan 6000 Gadis Perawan Demi dapatkan Ramuan Hidup Abadi

Dengan meninggalnya pahlawan kemanusiaan tersebut, menjadi duka bagi seluruh insan kesehatan di Papua.

Silwanus memastikan seluruh insan kesehatan di Papua akan memberikan penghormatan terakhir kepada dr Soeko sebelum jenazahnya akan dikembalikan ke pihak keluarga.

Facebook Balai Litbangkes Papua

Ucapan duka atas meninggalnya dr Soeko Marsetiyo

"Ini betul-betul menjadi duka untuk dunia kedokteran, lepas dari semua persoalan yang ada, dalam pelayanan kesehatan kita tidak bicara politik, itu norma di dunia kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kita tanpa memandang Anda dari golongan mana, yang utama itu keselamatan pasien," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.

Sebelum diterbangkan ke Yogyakarta, Jenazah dr Soeko akan menerima penghormatan dari semua insan kesehatan yang ada di Papua.

"Setelah itu akan ada penghormatan dari semua insan kesehatan yang ada di Papua. Kita akan letakkan jenazah di Dinas Kesehatan dan ketika semua urusan teknis selesai, rencananya kita akan kirim jenazah ke keluarganya di Yogya," katanya, dikutip dari Kompas.com.

Komnas HAM Provinsi Papua angkat bicara mengenai berita meninggalnya salah satu pahlawan kemanusiaan tersebut.

Baca Juga: Cuma Gegara Peluk Temannya, Bocah 5 Tahun Pengidap Autisme Dilaporkan Atas Tuduhan Pelecehan Seksual

Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Provinsi Papua, Fritz Ramadey menganggap tewasnya dr Soeko saat kerusuhan Wamena sebagai sebuah kejahatan yang tidak biasa.

"Jadi kalau ada kejahatan ditujukan kepada para guru, tenaga medis, ini kejahatan terhadap pekerja kemanusiaan karena ini dikategorikan kejahatan terhadap pekerja kemanusiaan," tuturnya, dikutip dari Kompas.com.

Tak banyak yang memiliki hati seperti dr Soeko yang mau secara sukarela ditempatkan di wilayah terpencil untuk mengabdi sebagai ahli medis.

"Sangat sangat disayangkan dan Komnas HAM menyampaikan turut berdukacita," kata Fritz yang saat ini tengah berada di Wamena, dikutip dari Kompas.com. (*)

Baca Juga: Viral! Bukan Alasan Sakit atau Ada Acara Keluarga, Siswa Ini Izin Tak Masuk Sekolah Karena Ingin Lihat Karnaval, Begini Penjelasannya

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, Facebook

Baca Lainnya