Pekat dan Jarak Pandang Terbatas, Kabut Asap Mengandung Zat Berbahaya yang Bisa Timbulkan Penyakit Kronis

Jumat, 13 September 2019 | 17:33
KOMPAS.COM/IDON

Kabut asap makin pekat di Pekanbaru, Riau, dengan jarang pandang sekitar 300 meter, Jumat (13/9/2019).

Sosok.id - Kabut asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) makin pekat.

Dilansir dari Kompas.com, jarak pandang Kota Pekanbaru, Riau pada Jumat (13/9/2019) semakin menurun.

Bahkan, berdasarkan pantauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, jarak pandang pukul 07.00 WIB hanya 300 meter.

Adapun, berdasarkan keterangan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Pekanbaru, kualitas udara berada di level yang membahayakan.

Yakni, level tidak sehat hingga berbahaya dengan angka di atas 300.

Baca Juga: Cerita di Balik Kebakaran Hutan di Riau, Prajurit TNI Tidur di Lokasi Kebakaran hingga Petugas Pingsan karena Kelelahan

Kabut asap sendiri terbentuk dari zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Sebab, ia merupakan hasil sampingan dari pembakaran yang tidak sempurna.

Kabut asap memiliki komposisi kimia berbahaya seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitros oksida (N2O), nitrogen dioksida (NO2).

Selain itu, juga terdapat kandungan bebrapa partikel logam berat seperti krom (Cr), kadmium (Cd), dan nikel (Ni).

Semua zat itu berasal dari pembakaran pepohonan, bangunan, kendaraan, fasilitas industri, dan pemukiman di sekitar lahan.

Baca Juga: Perjuangan Rizki, Dokter Cantik yang Bertugas di Lokasi Kebakaran Hutan di Riau, Obati Pasien di Tengah Kepulan Asap Tebal

Adapun, zat kimia tersebut biasanya terdapat dalam pestisida, cat, bahan bakar, hingga pelapis bangunan.

Oleh karena itu, kabut asap akan sangat membahayakan tubuh jika terhirup oleh manusia.

Bahkan, pemerintah Pekanbaru telah mengeluarkan larangan bagi ibu hamil untuk keluar rumah.

Selain itu, bayi, balita, anak usia sekolah, hingga lansia juga dianjurkan tidak melaksakan kegiatan di luar rumah.

Seperti olahraga, gerak jalan santai, upacara, dan kegiatan sejenis lainnya.

Baca Juga: 5 Kata Mutiara Ainun Menjadi Alasan Habibie Sukses Dalam Kariernya, Salah Satunya Harus Dicontoh Istri Masa Kini!

Namun, jika terpaksa harus keluar rumah, disarankan untuk mengenakan masker.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Riau, pada 1-11 September 2019, setidaknya ada 9.931 warga yang terkena ISPA.

KOMPAS.COM/IDON
KOMPAS.COM/IDON

Kabut asap pekat menyelimuti wilayah Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (12/9/2019).

Efek jangka pendek

Berdasarkan hasil sebuah riset pada 2008, asap yang ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan dapat meningkatkan risiko kesehatan serius pada pernapasan.

Seperti, asma, bronkitis, pneumonia, hingga penyakit paru obstruktif kronis.

Baca Juga: Ucapkan Bela Sungkawa, Joshua Suherman Sertakan Kenangan Lucu Bersama Habibie Tentang Komputer iMac

Efek jangka pendek yang ditimbulkan dari asap ini biasanya berupa kesulitan bernapas, sesak napas, iritasi tenggorokan dan paru, serta batuk.

Selain itu, tenggorokan yang terpapar asap juga akan terasa gatal, hidung meler, sinus, iritasi mata, hingga sakit kepala.

Efek jangka panjang

Sementara untuk jangka panjang, asap kebakaran dapat menimbulkan masalah yang lebih serius.

Salah satunya adalah penurunan kualitas udara di daerah yang terdampak.

Baca Juga: Berita Militer : Latgab TNI 2019, Mengenal Misi SEAD, Serangan Udara Pemboman Masif Bertubi-tubi ke Wilayah Musuh

Akibatnya, masyarakat sekitar akan terancam kesehatannya.

Mereka bisa saja memiliki penyakit kronis seperti penyakit ginjal, diabetes, masalah kesuburan, hingga darah tinggi.

Bahkan, beberapa penelitian mengklaim bahwa terpapar asap kebakaran hutan bisa mengakibatkan gangguan pada syaraf.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com, kompasiana

Baca Lainnya