Sosok.id - Alison Lapper sangat berduka usai kehilangan anak laki-lakinya.
Parys Lapper, ditemukan meninggal dunia di sebuah hotel yang terletak di Worthing, West Sussex, Inggris, bulan lalu.
Dia diduga meninggal akibat overdosis.
Laki-laki 19 tahun itu diketahui menderita depresi dan anxiety.
Jasadnya dibaringkan di lantai sebelum dikremasi pada Kamis (29/8/2019).
Tujuannya, agar Alison, yang terlahir tanpa memiliki lengan dan kaki yang lebih pendek dapat melihatnya.
Dilansir dari Mirror, Alison berbaring delapan jam di samping jasad anaknya.
Sembari menangis, ia memeluk dan mencium rambut jasad putranya.
Alison mengatakan bahwa, Parys, yang tampil dalam serial dokumenter BBC Child of Our Time, telah 'kehilangan kontrol' sebelum kematiannya.
Parys terjebak di 'lingkaran setan' dengan menggunakan narkoba.
Semua itu dilakukannya untuk menghindari masalah kesehatan mentalnya.
Namun, hal itu justru membuat kondisinya semakin buruk.
Walaupun anaknya meninggal akibat overdosis narkoba, namun Alison tak mau anaknya dikenang sebagai 'pecandu narkoba'.
Sebab, obat-obatan terlarang itu adalah 'konsekuensi dari apa yang telah dilaluinya'.
Alison menceritakan bagaimana Parys memilih untuk menggunakan narkoba demi 'melarikan diri' dari trauma.
Seperti yang telah disebutkan di atas, ia selama ini di-bully akibat memiliki seorang ibu yang 'cacat'.
Parys berubah, dari yang semula adalah anak yang percaya diri dan penuh semangat menjadi orang yang pemurung.
Bahkan, di usianya yang ke 13, Parys tak mau menghadiri acara malam bersama orang tua siswa.
Lantaran, respon yang diberikan oleh teman-temannya saat melihat dirinya datang bersama Alison.
"Kami adalah sebuah tontonan," ujar Alison mengutip The Sunday Times via Mirror.
"Keesokannya, Parys akan pergi ke sekolah dan mereka akan mem-bully-nya," lanjut Alison.
Tiga tahun kemudian, kebiasaannya menggunakan narkoba semakin buruk.
Sehingga, Alison terpaksa membawanya ke rumah sakit, di mana saat itu usia Parys adalah 16 tahun.
Tiga hari sebelum kematian Parys, Alison selalu berusaha untuk bertemu dan berbincang melalui telepon dengannya.
Alison percaya, anaknya sedang berusaha mencari pekerjaan baru.
Namun, hidupnya yang singkat harus berakhir di sebuah kamar hotel.
Alison juga merasa tertekan melihat fotonya beredar di media sosial.
Hal itu membuatnya semakin merasa 'sia-sia dan tak berguna' karena tak bisa membantu anaknya.
Alison selalu memberikan kasih sayangnya pada Parys selama ini.
Bahkan ia selalu dipuji dan dijadikan inspirasi karena ia mampu merawat Parys dengan baik, walaupun memiliki keterbatasan fisik.
Saat berusia 13 bulan, anak itu sudah bisa berjalan dan berlari.
Dan di usianya yang ke empat, dia bahkan lebih kuat dan lebih tinggi dari Alison.
Tetapi, semua itu berubah ketika Parys memasuki bangku SMP.
Dia tidak lagi menjadi anak yang ceria dan penuh semangat.
Melainkan anak yang pemurung dan menjadi target pembulian karena keadaan ibunya.
Baca Juga: Pak Ondo, Sapaan Massa Aksi di Jayapura Untuk Mantan Legenda Persipura Saat Cegah Pengerusakan
Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti sekolah dan lebih banyak bermain internet.
Parys juga menjadi anak yang introvert dan cita-citanya hancur berantakan.
"Saya berjuang mati-matian untuk menyadarkannya," ujar Alison.
"Anda tahu anak Anda lebih baik daripada siapapun, tetapi, tentu saja, orang-orang tidak percaya padaku," tambahnya.
"Ibu seperti saya tidak seharusnya membuat anak 19 tahun menderita, bukan?
Seharusnya dia yang membuat saya menderita," jelasnya.
Alison Lapper dan Parys Lapper
Alison Lapper adalah seorang seniman yang dijadikan model untuk pembuatan sebuah patung.
Yakni, Patung Alison Lapper Pregnant yang dipamerkan di Trafalgar Square pada tahun 2005 hingga 2007.
Seperti namanya, patung itu merupakan replika dirinya saat sedang hamil Parys.
Perlu diketahui, Alison Lapper terlahir dengan kondisi fisik yang tak sempurnya.
Sebab, ia tak memiliki lengan, dan kakinya juga sangat pendek.
Alison dan Parys juga tampil dalam dokumenter BBC yang berjudul Child of Our Time.(*)