Gunung Tembaga di Papua, Harta Terpendam Bumi Cenderawasih, Insinyur Freeport : Terkandung Perak dan Emas Langka!

Kamis, 22 Agustus 2019 | 14:58
Kompas.com

Gunung Tembaga di Papua, Harta Terpendam Bumi Cenderawasih

Sosok.ID - Amerika Serikat (AS) mulai memberikan perhatian khusus ke Indonesia usai selesainya Perang Dunia II.

Apalagi setelah kisruh-kisruh antara Indonesia vs Belanda mengenai Irian Barat.

Maka pada tahun 1959, Paman Sam mulai memperhatikan lebih posisi strategis Indonesia di kancah percaturan dunia.

Semuanya berawal saat terguling dan matinya Presiden Soekarno serta John F Kennedy membuat suasana hubungan diplomatik Indonesia-Amerika berubah arah.

Baca Juga: Takut Diputus sang Pacar, Seorang Nenek Pura-pura Hamil Sampai Tega Bohongi Mantan Suami dan Culik Cucunya Sendiri

Pengganti Kennedy, Lyndon B. Johnson langsung bersikap jika Indonesia adalah negara yang patut dilabeli 'Bahaya' karena bisa merusak kepentingan nasional Amerika Serikat (AS).

Salah satu agenda kepentingan nasional AS di Indonesia tentu tak jauh-jauh dari mendapatkan kekayaan alam negeri ini yang tak mungkin ada di negara mereka atau sudah habis.

Saat itu musim panas 1959, presiden Freeport Charles Wright sedang mencari cara bagaimana perusahaannya bisa menambang lebih banyak Nikel di Kuba.

Tapi apa lacur, Fidel Castro tak mau lagi memperbesar peranan Freeport dan berencana memutus kerjasama antar keduanya dalam mengeksploitasi nikel milik Kuba yang sudah bercokol semenjak Fulgencio Batista berkuasa di sana.

Baca Juga: Cerita Parnadi, Pemilik Fotokopian yang Berhasil Kabur dari Kerusuhan Manokwari Usai Berdesakan Sembunyi di Toilet Toko Selama 3 Jam

Wright pusing bukan main karena bisa dipastikan Freeport bakal buntung di Kuba jika Fidel Castro melakukan hal itu.

Namun Wright bakal segera melupakan nikel Kuba setelah mendapat laporan dari salah satu insinyurnya, Forbes Wilson.

Agustus 1959, Wilson bertemu dengan Jan van Gruisen, direktur pelaksana East Borneo Company.

Dalam pertemuan itu, Gruisen mengatakan kepada Wilson kalau ia baru saja menemukan sebuah buku laporan karya Jean Jacques Dozy yang dibuat pada tahun 1936.

Buku itu tersembunyi dalam rak-rak perpustakaan di Belanda dan hampir saja hancur kala negeri Kincir Angin dikuasai Nazi Jerman.

Baca Juga: Pernah Hidup Berdesakkan di Sel Sempit dengan Puluhan Napi, Vanessa Angel Ngaku Sempat Ditaksir Sesama Tahanan Wanita: Dapet Omongan Tapi Aku Menjauhi

Gruisen mengatakan jika dalam laporan tersebut mengatakan ada sebuah gunung yang dijuluki 'Ertsberg' (Gunung Tembaga) di Nugini Belanda (Papua).

Mengutip buku The Conquest of Copper Mountain, mendengar ini mata Wilson langsung berbinar, tak berapa lama ia lantas mengajukan permohonan kepada Charles Wright agar dirinya di danai untuk eksploirasi lebih lanjut Gunung Tembaga itu bersama dengan East Borneo Company.

Wright yang mendengar hal ini girang bukan main, ia tak perlu berpikir dua kali untuk dan langsung menyetujui pendanaan bagi Wilson.

Segera setelah kontrak kerjasama antara Freeport dan East Borneo Company ditandatangani pada 1 Februari 1960, Wilson segera terbang ke Nugini Belanda.

Wilson menjelaskan sesampainya di Nugini Belanda ia dibantu oleh penduduk asli setempat menuju Gunung Tembaga.

Beberapa bulan Wilson mengeksplorasi daerah itu untuk membuktikan apa yang dikatakan Gruisen benar.

Baca Juga: Gegara Kekurangan Lahan Pemakaman, 4 Negara Besar Ini Melarang Penduduknya Meninggal Dunia

Dan Wilson mendapati apa yang ia kira tidak ada di bumi, yakni sebuah gunung berisi perak dan emas.

"Tingkat mineralisasi yang sangat tinggi."

"Ertsberg ternyata mengandung 40% hingga 50% besi ... dan 3% tembaga ... Tiga persen sudah cukup banyak untuk deposit tembaga."

"Ertsberg juga mengandung sejumlah perak dan emas yang langka!" ujar Wilson.

Mining Foundation of the Southwest
Mining Foundation of the Southwest

Forbes Wilson

Bukti-bukti ini lantas dikirim Wilson ke markas besar Freeport di New York.

Kalkulasi segera dilakukan dan hasilnya jika Freeport berhasil menambang Ertsberg maka kerugian perusahaan atas gagal totalnya di Kuba dapat terganti dalam rentang waktu cuma tiga tahun saja.

"Konsultan perusahaan awalnya mengkonfirmasi perkiraan kami tentang 13 juta ton bijih tambang di atas tanah dan 14 juta di bawah tanah untuk setiap kedalaman 100 meter dan memperkirakan bahwa biaya pabrik untuk memproses 5.000 ton bijih dalam sehari sekitar $ 60 juta."

"Dari data ini, departemen keuangan Freeport menghitung bahwa perusahaan dapat memulihkan investasinya dalam tiga tahun dan kemudian mulai mendapatkan keuntungan yang menarik," papar Wilson dalam laporannya.

Namun cengkeraman Freeport atas Ertsberg hampir batal lantaran Soekarno mengobarkan Trikora dan berhasil merebut Irian Barat dari tangan Belanda.

Fiveprime
Fiveprime

Ertsberg yang kini jadi Grasberg, tambang emas Freeport di Papua

Ia tahu akal bulus AS akan gunung Tembaga itu dan Presiden John F Kennedy juga menjamin jika negaranya tak akan ikut campur mengenai apa pun yang akan dilakukan Indonesia di Irian Barat.

Untuk sebab itulah kedua pemimpin dunia itu dienyahkan oleh CIA.

Hingga akhirnya pada 7 April 1979 Freeport berdiri setelah Soekarno tumbang dan sinar Orde Baru menyingsing di Indonesia. (Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : The Conquest of Copper Mountain

Baca Lainnya