WR Supratman, Biola dan Lagu Indonesia Raya, Sejarah di Balik Terciptanya Lagu Kebangsaan Indonesia

Sabtu, 17 Agustus 2019 | 15:00
Kemendikbud.go.id

WR Supratman pencipta lagu

Sosok.ID- 17 Agustus menjadi tanggal yang penting bagi Indonesia.

Sebab, pada tanggal tersebut, tepatnya tahun 1945, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka.

Selain itu, tanggal tersebut juga dikenang sebagai hari wafatnya sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia, Wage Rudolf Supratman.

Tepatnya, ia wafat pada 17 Agustus 1938.

Pahlawan yang menciptakan lagu "Indonesia Raya" ini lahir pada 9 Maret 1903 di Jatinegara.

Baca Juga: Mengenal Rep 1, Mobil Pertama yang Digunakan Soekarno untuk Menjalankan Tugas Kepresidenan dan Cerita Unik di Baliknya

WR Supratman merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara.

Ia merupakan putra dari pasangan Jumeno Kartodikromo dan Siti Senen.

Ayahnya merupakan tentara KNIL Belanda.

Kakak sulungnya, Roekijem, adalah orang yang membawanya ke Jakarta.

Dikutip dari Harian Kompas via Kompas.com, 18 Agustus 1990, Supratman terkenal sebagai komponis yang menciptakan banyak lagu perjuangan.

Baca Juga: Mengenang Peristiwa di Balik Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Walaupun profesi aslinya adalah seorang wartawan dan penulis buku.

Cita-cita Supratma dan lagu "Indonesia Raya"

Supratman memiliki cita-cita untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Keinginannya pun tercapai pada Kongres Partai Nasional Indonesia pada Desember 1928.

Di mana lagu "Indonesia Raya" ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

Baca Juga: 4 Fakta Unik Momen 17 Agustus, Soekarno Sebut Teks Proklamasi Pertama Kali Dibacakan dengan Mikrofon 'Curian'

Lagu "Indonesia Raya" pertama kali diperdengarkan saat pelaksanaan Kongres Pemuda 28 Oktober 1928.

Dilansir dari Kompas.com, saat itu, WR Supratman melantunkan instrumental "Indonesia Raya" dengan biolanya.

Adapun lagu "Indonesia Raya" yang asli berbeda dengan yang biasa kita dengar sekarang ini.

Pasalnya, lagu itu terdiri atas tiga bait (stanza).

Sementara lagu "Indonesia Raya" yang dikumandangkan saat ini merupakan bagian dari stanza pertama.

Baca Juga: Sejarah Pembentukan Paskibraka, Pasukan yang Berjuang Kibarkan Bendera Pusaka di Istana Negara

Sebab, stanza pertama adalah yang paling dihafal oleh masyarakat masa itu.

Stanza pertama menjelaskan tentang kebangkitan bangsa Indonesia.

Sementara stanza kedua menjelaskan tentang kedaulatan bangsa.

Serta, stanza ketiga menjelaskan tentang kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Pada 1930, Belanda sempat mengeluarkan larangan untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan alasan mengganggu ketertiban dan keamanan.

Baca Juga: Cerita Muhamat Asraf, Paskibraka Istana Negara yang Lolos Seleksi dengan Modal Sepatu Robek Pinjaman Tetangga

Hal itu kemudian membuat Supratman diiterogasi oleh Belanda.

Di depan pihak Belanda, Supratman mengaku tidak pernah menggunakan kata "merdeka" dalam lagu tersebut.

Ia menggunakan kata "mulia".

Tetapi para pemuda kemudian menggantinya menjadi "merdeka".

Biola dan cerita sejarah di baliknya

Dilansir dari Kompas.com, biola yang digunakan WR Supratman di Kongres Sumpah Pemuda, kini diletakkan di salah satu ruangan museum yang berlokasi di Jalan Kramat Raya Jakarta.

Baca Juga: 4 Tangisan Soekarno yang Tercatat Sejarah, Salah Satunya Saat Pembacaan Pancasila Untuk Pertama Kali

Lengkap dengan keterangan dan berbagai foto pendukung menegnai sejarah alat musik tersebut.

Kepala Museum Sumpah Pemuda Agus Nugroho mengatakan, biola itu memiliki sejarah yang berkaitan dengan Sumpah Pemuda.

"Biola ini menjadi alat musik pengiring saat lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda kedua pada tahun 1928," katanya.

Adapun ciri-ciri fisik dari biola itu adalah memiliki panjang 36 cm.

Untuk lebar, sisi terpanjang 20 cm dan sisi terpendek 11 cm.

Baca Juga: Kisah di Balik Bahan Pembuatan Bendera Merah Putih Buatan Fatmawati

Sementara untuk tebalnya, sisi terlebar 6 cm dan terpendek 4,1 cm.

Sedangkan untuk panjang leher biola adalah 37,2 cm.

Adapun penggesek biola dengan panjang 71,2 cm.

Nicolaus Amatus Fecit in Cremona 6 juga tertulis di bodinya.

Tulisan itu menandakan nama serta alamat si pembuat biola.

Baca Juga: Laksamana Maeda, Peran Pentingnya Mencari Lokasi Dimana Soekarno-Hatta Diculik Oleh Golongan Muda Menjelang 17 Agustus 1945

Bahan pembuatan biola itu adalah kayu Cyprus atau jati belanda, maple italia, serta Eboni.

Ada dua lubang berbentuk huruf S di bagian tubuhnya.

Berdasarkan keterangan Agus, biola itu masih dapat digunakan dengan baik.

Bahkan di tahun 2005 dan 2007, biola itu sempat digunakan oleh Idris Sardi saat peringatan Sumpah Pemuda.

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Kompas.com, kemendikbud.go.id

Baca Lainnya