Laksamana Maeda, Peran Pentingnya Mencari Lokasi Dimana Soekarno-Hatta Diculik Oleh Golongan Muda Menjelang 17 Agustus 1945

Rabu, 14 Agustus 2019 | 13:25
KOMPAS | KARTONO RYADI

Laksamana Maeda, Peran Pentingnya Dalam Mencari Lokasi Dimana Soekarno-Hatta Diculik Oleh Golongan Muda Menjelang 17 Agustus 1945

Sosok.id - Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang salah satu orang yang berjasa dalam proses kemerdekaan Indonesia.

Dianggap berjasa menyelamatkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada perayaan kemerdekaan 17 Agustus 1977, Pemerintah Indonesia menganugerahkan bintang jasa kepada Laksamana Maeda.

Penganugerahan itu disampaikan langsung oleh Duta Besar RI di Tokyo, Witono.

Menteri Luar Negeri pertama RI Ahmad Subardjo memiliki kenangan tersendiri dengan sosok Maeda.

Baca Juga: Pembunuhan Remaja yang Jasadnya Tinggal Tulang dalam Karung, Korban Dicekoki Miras Lalu Diajak Berhubungan Badan

Dalam tulisannya berjudul "In Memoriam Laksamana Tadashi Maeda", Subardjo menyebut Maeda memiliki sifat samurai yang rela berkorban demi rakyat Indonesia.

Kenangan tersebut ia tulis setelah mendengar kabar wafatnya Maeda pada 14 Desember 1977.

"Pada detik-detik terpenting dalam melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Laksamana Maeda menunjukkan sifat samurai Jepang, yang mengorbankan diri dengan rela demi tercapainya cita-cita luhur dari rakyat Indonesia, yakni Indonesia merdeka," tulis Subardjo, seperti dikutip dari buku "Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksiaan, Penyiaran dan Keterlibatan Jepang", terbitan KOMPAS.

Menurut Subardjo, Laksamana Shibata,pimpinan Angkatan Laut Jepang pernah didesak Maeda agar mengambil kebijakan membiarkan Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Baca Juga: Kisah 5 Saudara yang Melenggang Jadi Anggota DPRD di Kalimantan Selatan

Tanpa peran Maeda, mungkin Subardjo tak tahu harus menjemput Sekarno dan Hatta dimana saat mereka diculik oleh golongan muda.

KOMPAS/KARTONO RYADI)

Laksamana Maeda Tadashi, Perwira Tinggi Angkatan Laut Jepang

Karena Ahmad Subardjo tak tahu kemana kedua tokoh penting itu dibawa oleh Wikana dan kawan-kawan.

Maeda memiliki peran terkait peristiwa pengasingan Soekarno-Hatta oleh golongan muda tersebut.

Keduanya dibawa ke Rengasdengklok oleh para pemuda, beberapa hari sebelum proklamasi.

16 Agustus 1945, Subardjo memberitahukan kepada Maeda bahwa Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tak dapat melakukan rapat di kawasan Pejambon (Jakarta Pusat).

Baca Juga: 40 Tahun Persahabatan Retno Marsudi dan Sri Mulyani, Dari Bangku Putih Abu-abu Hingga Kursi Kabinet Jokowi-JK

Alasannya adalah kedua tokoh penting PPKI,Soekarno dan Hatta telah dibawa para pemuda ke luar kota.

Maeda segera menyuruh perwira-perwira Angakatan Laut Jepang mencarinya setelah mendengar berita dari Subardjo tersebut.

Atas usaha perwira-perwira Angkatan Laut Jepang di bawah komando Maeda inilah lokasi pengasingan Soekarno dan Hatta dikertahui berada di Rengasdengklok.

Ahmad Subardjo pun berangkat untuk menjemput keduanya di Rengasdengklok.

Baca Juga: Hanya Demi Pawai Megah, Dibalik Kostum Gemerlap Gajah Ini Tersimpan Fakta Menyedihkan

Setelah menerangkan bahwa Maeda akan membantu pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, Subardjo dapat membawa kembali Soekarno dan Hatta ke Jakarta.

KOMPAS/KARTONO RYADI)

Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan gedung tempat perumusan naskah proklamasi. Bangunan ini bekas kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol No.1)

Kemudian pada malam, 16 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, Soebardjo dan anggota PPKI lainnya mulai menyusun teks Proklamasi.

Maeda meminjamkan rumahnya di Jalan Imam Bonjol sebagai tempat penyusunan teks.

Keesokan harinya, pukul 10.00 WIB, teks Proklamasi dibacakan oleh Soekarno.

Dalam sebuah artikel dalam buku Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksiaan, Penyiaran dan Keterlibatan Jepang, Maeda pernah mengungkapkan pengalaman pribadinya jelang Proklamasi Kemerdekaan.

Baca Juga: Sebabkan Seorang Anggota Polisi Meninggal, Bahtiar Harus Terpisah dengan Anaknya yang Sudah Tak Memiliki Ibu

Bukan hanya sampai disitu saja jasa-jasa Maeda bagi terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tanggal 15 Agustus 1945, dia sudah dua kali meminta kepada Pemerintah Jepang agar memerdekakan Indonesia.

Maeda mengungkap, pengalamannya dalam sebuah pertemuan di rumah Ahmad Subardjo, di Jalan Cikini Raya 82, Jakarta Pusat.

Namun, perminataan Maeda tersebut tak mendapatkan jawaban hingga Jepang kalah dari Sekutu.

Kemudian, ia berpendapat bahwa Bangsa Indonesia harus menyatakan kemerdekaannya sendiri.

Baca Juga: Deretan Foto Kaesang Pangarep dengan Calon Mertua yang Jarang Tersorot Media

Itulah salah satu alasan yang mendasari Maeda untuk tidak menghalangi saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menyusun teks proklamasi di kediamannya, pada 16 Agustus 1945 malam.

Seperti yang ditulis dalam buku berjudul "Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksiaan, Penyiaran dan Keterlibatan Jepang",Menurut Maeda, tidak hanya pihak Angkatan Laut saja yang setuju dengan kemerdekaan Indonesia, tapi juga pihak Angkatan Darat Jepang.

Bahkan oleh tindakan yang ia lakukan demi mendukung kemerdekaan Indonesia tersebut, Laksamana Angkatan Laut Jepang pernah dipenjara oleh Sekutu

Namun, Maeda membantah tuduhan tersebut. Kata dia, tidak mungkin orang seperti dirinya mampu menggerakkan 80 juta orang rakyat Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan.

Baca Juga: Viral Video Seorang Istri Serang Pelakor di Tengah Malam Sambil Teriak-Teriak, Sang Suami Malah Bela Selingkuhan Habis-habisan

Ia mengaitkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan prinsip yang pernah dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat Wilson, bahwa setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri.

"Nasib saya sendiri tidak penting, yang penting adalah kemerdekaan Bangsa Indonesia," kata Maeda.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya