Namun saat mengikuti penggerebekan dengan polisi lain, penyamaran Haerul selalu berhasil lantaran mengaku anggota Brimob berpangkat Briptu.
Untuk membuat penyamarannya semakin meyakinkan, Haerul juga mengantongi Kartu Tanda Anggota (KTA) Polri yang palsu.
"Mengaku anggota Brimob ke anggota Polsek Tamalate, makanya anggota Polsek pun percaya dengan pengakuan pelaku. Disitulah kemudian pelaku leluasa ikut penggerebekan dan penangkapan selama ini," tambahnya.
Di lingkungan keluarga dan orang terdekat, Haerul juga sering pamit keluar rumah untuk ikut penangkapan.
Dia seolah-olah selalu keluar malam alasannya mau pergi tugas penangkapan. Jadi bisa dilihat orang bahwa dia betul-betul polisi," ungkap Ridwan.
Sementara itu awal diketahuinya penyamaran Haerul sebagai anggota Brimob gadungan bermula saat sang istri mulai curiga.
Kecurigaan sang istri muncul lantaran ia tak pernah dibawa untuk kegiatan Bhayangkari (ikatan istri anggota polisi) selama lima tahun menikah.
Rasa curiga istri Haerul makin bertambah manakala ia mengetahui slip gaji dari sang suami.
Berbekal sejumlah kecurigaan tersebut, istri polisi gadungan itupun mendatangi Mako Brimob Polda Sulsel.
Awalnya istri polisi gadungan itu hanya ingin menanyakan perihal besaran gaji sang suami.