Malaikat Jibril lantas mendatangi Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu dari Allah SWT.
Dalam wahyu tersebut, diterangkan bahwa Zainab adalah jodoh untuk Nabi Muhammad, bukan Zaid.
Dilansir dari situs Quran Kemenag, wahyu yang dimaksud adalah Al Quran Surat Al Azhab ayat 38:
مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥ ۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِى ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلُ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا
Arab latin: Mā kāna 'alan-nabiyyi min ḥarajin fīmā faraḍallāhu lah, sunnatallāhi fillażīna khalau ming qabl, wa kāna amrullāhi qadaram maqdụrā
Artinya: "Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."
Dari surat tersebut, telah jelas bahwa pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab adalah ketetapan dari Allah SWT.
Surat itu juga diturunkan Allah SWT untuk menguatkan hati Nabi Muhammad.
Sebab, di masa jahiliyah menikahi janda anak angkatnya sendiri merupakan hal yang tabu.
Surat itu sekaligus menjadi babak baru hukum kekeluargaan di Arab.
Baca Juga: Kunci Keharmonisan Rumah Tangga, Ini Kisah Romantis Nabi Muhamamd dan Aisyah
(*)