Dengan otak encer yang dimilikinya, Aisyah bisa merekam jejak kehidupan Nabi Muhammad yang tak terjangkau oleh para sahabatnya.
Dari situ, Asiyah banyak meriwayatkan hadis.
Ia juga menjadi corong intelektual pada zamannya.
Berkat Aisyah, banyak ulama yang terbantu atas kontribusinya.
Pernikahan Nabi Muhammad dan Aisyah sendiri dilaksanakan saat bulan Syawal.
Dimana pada masa itu, bangsa Arab memiliku pantangan untuk menikah di bulan Syawal.
Namun, pantangan itu dipatahkan setelah Nabi Muhammad menikah dengan Aisyah.
Pernikahan keduanya berlangsung selang tiga tahun sejak Khadijah istri pertama Nabi Muhammad meninggal dunia.
Baca Juga: Patut Dijadikan Panutan Suami Istri, Ini Kisah Nabi Muhammad dan Siti Khadijah
(*)