Sebagai gantinya, pasukan G30S menangkap sang ajudan Jenderal Nasution, yakni Kapten Pierre Tendean.
Setelahnya, pasukan G30S membawa para jenderal dan melapor pada Soekarno di Istana Merdeka.
Namun, Soekarno tak ditemukan di sana.
Usut punya usut, Soekarno tengah berada di tempat lain.
Dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno (1998), Kolonel Bambangg Widjanarko yang merupakan ajudan Soekarno mengungkap keberadaan sang Presiden Pertama RI di malam itu.
"Tanggal 30 September 1965 sekitar pukul 23.00, seperti biasa setelah seluruh acara hari itu selesai, saya melaporkan urutan acara untuk keesokan harinya tanggal 1 Oktober 1965 dan mohon petunjuk BK (Bung Karno) apakah ada perubahan-perubahan yang ia kehendaki," tulis Bambang, seperti dikutip via Kompas.com.
Bambang masih ingat betul satu jadwal Bung Karno pada 1 Oktober 1965.
Yakni, bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Leimena dan Pangad Jenderal Ahmad Yani.
Namun, Bambang tak menemukan Soekarno di Istana Merdeka usai menjalani gladi resik peringatan HUT ABRI di Parkir Timur Senayan pada keesokan paginya.
Ia pun baru mengetahui keberadaan Bung Karno setelah diberi tahu oleh rekan sesama pengawal Presiden, yakni Kolonel Sumirat dan AKBP Mangil Matowidjojo.
"Kemarin malamnya (30 September) BK menginap di rumah Ibu Dewi (Ratna Sari Dewi), Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Kurang lebih pukul 06.00 BK dengan diantar Pak Mangil dan anggota Kawal Pribadi meninggalkan rumah Ibu Dewi menuju Istana Merdeka," tulis Bambang.
Namun, di tengah perjalanan menuju Istana Merdeka, Bung Karno berpindah tujuan.