Sosok.ID - Semua orang tahu, perceraian Maia Estianty dan Ahmad Dhani di tahun 2008 silam tidak mulus.
Isu orang ketiga hingga perebutan hak asuh anak warnai perceraian Maia Estianty dan Ahmad Dhani
Mirisnya, tak hanya Ahmad Dhani dan Maia Estianty yang pikul beban dari perceraian ini, namun juga ketiga anak mereka.
El Rumi bahkan mengaku sempat tak bisa menerima perceraian Maia Estianty dan Ahmad Dhani.
Namun El Eumi memilih menyembunyikan perasaannya tersebut dari orang tuanya.
Selama 14 tahun, El Rumi memendam itu semua di balik tawa dan senyum cerianya.
El Rumi mengaku memilih bungkam lantaran tak tahu persis apa alasan yang melatarbelakangi orang tuanya bercerai kala itu.
Selain masih terlalu muda untuk mengerti, El Rumi juga bingung dengan pemberitaan yang beredar saat itu.
Diakui El Rumi, perceraian Maia Estianty dan Ahmad Dhani memang sempat membebaninya.
"Awalnya cukup terbebani, aku juga nggak tahu faktanya seperti apa, tapi kan berita muncul terus selalu bertahun-tahun," kata El Rumi, dikutip dari Rumpi di Youtube TRANS TV, 27 Januari 2022.
Banyaknya berita yang beredar kala itu membuat El Rumi kebingungan.
Adik al Ghazali ini bahkan mengaku tak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah dari pernyataan ayah ibunya.
Apa yang diungkap sang ibu atau ayah saling berbeda satu sama lain.
Di-brand lah berita jadi kita nggak bisa tahu ayah ngomong bener, bunda ngomong bener, karena beritanya banyak banget," lanjutnya.
Sebagai anak, El Rumi mengaku sempat sulit menerima perpisahan kedua orang tuanya.
Namun lambat laun, seiring usianya bertambah dewasa, El Rumi perlahan mengerti apa yang dihadapi orang tuanya.
"Tapi awalnya pasti nggak terima ya, tapi mungkin akhirnya setelah beberapa tahun peralihan, akhirnya adaptasi juga ya sekarang,"
"Mungkin lebih baik, jalan yang lebih baik," ungkap El Rumi.
Kini, setelah mengerti apa yag terjadi di antara Ahmad Dhani dan Maia Estianty, El Rumi tak mau terlalu ikut campur.
Soal masa lalu rumah tangga orang tuanya yang selalu jadi bahan gosip, El Rumi mengaku ogah ambil pusing, atau baper.
"Nggak sih, apa mungkin gerombolanku ayah kan isinya orang-orang Surabaya ya,
"Kalau di Surabaya nggak mungkin baper itu, Surabaya kuat-kuat orangnya mentalnya, keras-keras orangnya," pungkasnya.
(*)