Tak ayal dia berusaha mengabaikan banyaknya mayat di sepanjang perjalanan, dan memilih untuk berusaha menangkap jaringan sinyal di ponselnya.
Apa yang dia pikirkan kala itu yakni harus sesegera mungkin memberi tahu orang tuanya bahwa dia selamat dari terpaan tsunami Aceh.
"Aku fokus nyari sinyal," kata dia.
Saat sampai di daratan, kondisi yang dia saksikan jauh lebih parah.
Kota sudah rata dengan tanah dan mayat, tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan Cut Meyriska kepada ayah dan ibunya.
"Nyampe ke Aceh kita bingung, rata semuanya," ujar Cut Meyriska.
"Rata, hancur gitu, dengan mayat ada di mana-mana," lanjut dia.
Beruntung, ketika itu truk mayat melintasinya.
Meski bau mayat tak tertahankan, namun dia merasa beruntung karena dapat mewujudkan pertemuan dengan anggota keluarganya.