"Dua hari pertama, gue nggak bisa tidur. Karena di situ, gue nggak mau gue ngrasa dipenjara. Pintunya semua kebuka, nggak ada yang ketutup."
"Tapi di situ nggak cuman (narapidana) narkoba. Ada pembunuh, ada yang.. (mutilasi)' Di situ gue yang malah 'Tutup dong'," tutur Jennifer.
Namun Ipel mulai menemukan kenyamanan pada hari ketiga.
Bahkan Jennifer menyaksikan keajaiban saat berdoa memohon kepada Sang Pencipta.
"Hari ketiga gue bisa adjust. 'Tuhan, gue nggak kuat nih'. 'Gue serahin ama Tuhan. Kalo gue nggak bisa tidur, gue cuma minta angin'," beber Jennifer.
"Lo tau? Itu nggak ada AC di situ. Lo liat rumah gue full AC, kamar mandi aja AC. Hari itu angin sayang. Lo percaya nggak? Adem seadem-ademnya kayak gue di Puncak," lanjut ibu tiga anak ini.
Keajaiban itu Ipel rasakan setiap hari, bahkan hujan turun ketika dia memintanya.
Sejak saat itu, perempuan 51 tahun itu juga berdoa untuk ketenangan hati.
"Gue cuma minta bangun tidur, kasih gue sinar Ilahi Lo, kasih gue keikhlasan, kasih gue kebijakan, kasih kenyamanan hati gue. Jaga hati suasana gue, karena gue tahu hati gue tuh (berubah-ubah)," tutup Jennifer.
(*)