Ketika ditanya tentang apakah AS akan mengirim pasukan untuk mendukung Taiwan, 46 persen orang di pulau itu percaya ya dan 34 persen berpendapat sebaliknya, menurut survei terbaru.
Jika perang pecah, 48% percaya China daratan akan menang, 8% percaya tidak ada pihak yang akan menang.
China telah berulang kali mengancam pulau itu, tetapi belum ada penembakan sejak Krisis Selat Taiwan 1995-1996.
"Generasi muda Taiwan saat ini tidak pernah mengalami masa-masa penuh tekanan itu. Mereka tidak membentuk pola pikir takut perang," kata J. Michael Cole, peneliti Taiwan di Washington, AS.
Bonnie Glaser, direktur program Asia di Marshall Foundation di AS, mengatakan reaksi anak muda Taiwan tidak mengejutkan, karena mereka belum mengalami bahaya langsung.
"Kepemimpinan Taiwan tidak bisa mengatakan bahwa China akan menyerang besok, membuat orang bingung," kata Glaser.
"Saya tidak berpikir perang akan pecah dalam waktu dekat," tambahnya.
Wayne Tan, seorang profesor politik internasional di Universitas Chung Hsing di Taiwan, mengatakan kehati-hatian harus dilakukan ketika menafsirkan hasil jajak pendapat karena tujuan survei dapat mempengaruhi hasil.
Tan mengatakan China daratan dan Taiwan telah menangguhkan komunikasi bilateral sejak pemimpin Tsai Ing-wen berkuasa, yang berarti ketegangan tidak dapat diselesaikan tanpa intervensi asing, terutama Amerika.
"Itu membuat orang Taiwan optimis," kata Tan