"Tapi bapak ama ibukku tu nggak tahu lokasi di mana aku nyanyi, bagaimana aku di atas panggung, atraksiku kayak apa, suaraku kayak apa, itu bapakku nggak pernah denger mbak."
"Karena bapakku lima waktu itu adzan ke masjid, Ashar ke masjid, maksudnya tutup kuping anaknya jadi penyanyi karena memang dari awal dia nggak setuju, nggak seneng aku jadi penyanyi," ujarnya.
Bukannya patah semangat, hal itu justru menjadi cambuk bagi Inul.
Bulat tekadnya untuk membuktikan kepada orang tua bahwa tidak semua pedangdut punya konotasi negatif.
"Tapi its okay, nggak papa tapi aku janji sama bapak bahwa tidak semua pedangdut jelek, tidak semua penyanyi itu bisa dibawa tidur, tidak semua penyanyi itu konotasinya jelek."
"Suatu saat aku akan menunjukkan bahwa bapak bangga sama aku karena aku beda dari yang lain," ujarnya
Berbuah manis, ayah Inul akhirnya luluh dan mulai menyadari bahwa putrinya memiliki talenta yang lebih saat Inul hijrah ke Ibu Kota.
"Ketika aku hijrah ke Jakarta udah mulai ngetop, baru bapak itu mulai menyadarai bahwa aku punya kemampuan lebih," pungkas Inul Daratista.
(*)