Dengan senapanSVD Dragunov dan Kalashnikov kesayangannya, Joanna Palani telah melumpuhkan 100 tentara ISIS dengan mudah.
Tak ada satu pun peluru yang keluar dari senapannya terbuang sia-sia.
Atas prestasinya ini, Joanna Palani didapuk sebagai sniper terbaik di Batalion YPG, Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak.
Di balik wajahnya yang rupawan, Joanna Palani memiliki kemampuan yang mematikan hingga dijuluki tentara ISIS sebagai mesin pembunuh.
Pimpinan ISIS bukannya tak menyadari bahwa Kurdi punya mesin pembunuh dalam batalionnya.
Imbas kemampuannya yang mematikan, Joanna Palani diburu oleh pimpinan ISIS.
Tak tanggung-tanggung, Pimpinan ISIS menghargai kepala Joanna Palani dengan hadiah sebesar Rp 13 miliar.
"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak,” ungkap Joanna Palani kepada Daily Mail.
Informasi keganasan sniper Joanna tampaknya sengaja dihembuskan untuk menurunkan moral pejuang garis keras ISIS.
Di lain pihak, informasi ini juga memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisah perjuangannya.