Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting).
Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis. Kedua, menjadi intelijen.
Tugas intinya adalah masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang.
"Lawan kita itu Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim. Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban," ujarnya.
Tatang bercerita, ia pernah terkepung di tengah-tengah 30 orang yang membawa senjata.
Terperangkap dan tak bisa bergerak, Tatang berpikir saat itu adalah hari di mana ajal akan menjemputnya.
Tapi Tatang berprinsip setidaknya ia harus mebunuh komandannya sebelum mati.
"Posisi komandannya sudah saya kunci dari pukul 10.00 WIB. Tapi, saya juga ingin selamat, makanya saya menunggu saat yang tepat. Hingga pukul 17.00 WIB, komandan itu pergi ke bawah dan saya tembak kepalanya," tuturnya
Tatang mengatakan, selama empat kali terjun ke medan perang, pelurunya telah mebunuh 80 orang.
Di aksi pertama, Tatang berhasil membunuh 49 musuh dari 50 peluru yang ia miliki.