Sosok.ID - S-400 memang menjadi komoditas pertahanan panas Rusia.
Moskow bahkan berhasil membuat NATO mengalami dilema tatkala Turki membeli S-400.
Karena S-400 bisa mendeteksi F-35 yang akan menjadi jet tempur masa depan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Karena hal inilah maka Amerika Serikat (AS) getol sekali menghalang-halangi pembelian S-400.
Terlebih S-400 bisa meningkatkan kapabilitas pertahanan udara Ankara ke titik tertinggi.
Ini yang semakin membuat AS keberatan.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Kamis (17/12), negaranya tidak akan membatalkan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dan akan mengambil langkah balasan setelah mengevaluasi sanksi AS yang dikenakan atas pembelian tersebut.
Reutersmemberitakan, Amerika Serikat pada hari Senin memberlakukan sanksi yang menargetkan sesama anggota NATO, Direktorat Industri Pertahanan Turki (SSB), ketuanya, Ismail Demir, dan tiga staf lainnya untuk pembelian S-400.
MelansirReuters, Cavusoglu mengatakan tanggapan Turki akan dibentuk oleh peninjauan yang dilakukan oleh sektor pertahanan, bersama dengan kementerian luar negeri dan kehakiman, terhadap dampak sanksi.
"Kami pasti akan mengambil langkah terkait hal ini," katanya kepada Kanal 24. "Tidak penting apakah sanksi itu lunak atau keras, sanksi itu sendiri sudah salah," katanya.
Dia menambahkan, "Melihat isi sanksi, ini bukan langkah-langkah yang akan mengguncang kami atau sangat berdampak pada kami."
Turki mengatakan membeli S-400 karena kebutuhan karena tidak bisa mendapatkan sistem pertahanan dari sekutu NATO dengan persyaratan yang memuaskan. "Jika ada langkah mundur, itu akan terjadi sekarang," kata Cavusoglu.
Amerika Serikat mengatakan S-400 menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35 dan sistem pertahanan NATO yang lebih luas. Turki menolak hal ini dan mengatakan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam NATO.
Berbicara kepada kantor berita milik negara Anadolu, Ketua SSB Ismail Demir mengecilkan dampak dari tindakan tersebut, dengan mengatakan itu tidak mempengaruhi kontrak yang ada, dan hanya mencakup sejumlah perusahaan Turki.
"Misalnya, sebuah perusahaan di mana SSB memegang saham mayoritas mungkin terkena dampak, tetapi hampir tidak ada perusahaan seperti itu. Tidak ada perusahaan seperti itu dalam proyek-proyek kritis," katanya.
Sanksi AS datang ketika Presiden terpilih Demokrat Joe Biden bersiap untuk menjabat pada 20 Januari, menggantikan Donald Trump.
Ditanya apakah hubungan dapat dinormalisasi di bawah Biden, Cavusoglu mengatakan Washington harus mengatasi penolakan Turki terhadap dukungan AS untuk pejuang Kurdi Suriah, dan permintaan Ankara untuk mengekstradisi seorang ulama yang berbasis di AS yang dituduhnya mengorganisir upaya kudeta 2016.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Turki ogah membatalkan pembelian S-400S Rusia meski dijatuhi sanksi AS"