Sosok.ID -Arab Saudi terus mengalami kemunduran, kehilangan arah dan pengaruh di kawasan Teluk dan Timur Tengah.
Lebih dari 50 tahun setelah kerajaan Saudi mulai menjadi terkenal di tingkat regional dan internasional sebagai anggota utama OPEC dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kini kerajaan itu berada di jalur penurunan yang stabil.
Melansir dari Al Jazeera (22/9/2020), meski Arab Saudi adalah rumah bagi situs-situs paling suci Islam dan cadangan minyak terbesar kedua di dunia, namun kebijakan salah arah yang diambil membuat banyak hal menjadi sia-sia.
Apa yang dimulai sebagai dorongan yang menjanjikan dan ambisius oleh Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS), segera berubah menjadi usaha yang sembrono.
Dibimbing oleh Mohammed Bin Zayed (MBZ) dari Uni Emirat Arab (UEA), MBS menjalankan kerajaan sampai ke negara.
MBS, dengan bimbinganBin Zayed, tidak membuang waktu untuk memulai perang di Yaman dengan dalih menghadapi pemberontak Houthi, yang dianggap sekutu Teheran.
MBS menjanjikan kemenangan dalam beberapa minggu, tetapi perang telah berlangsung selama bertahun-tahun, tanpa terlihat akan berakhir.
Pada Juni 2017, MBS dan MBZ membuat krisis dengan Qatar, dengan alasan palsu melawan "terorisme" dan campur tangan asing untuk memaksakan rezim baru yang patuh, yang akan mematuhi perintah mereka.