Follow Us

Perdagangan Bilateralnya di Ujung Tanduk, Mari Cek Berapa Uang yang Bisa Raib dari Kocek Australia Jika Batalkan Perdagangan Dengan China

Maymunah Nasution - Jumat, 28 Agustus 2020 | 13:35
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan perang dengan China mungkin bisa terjadi.
express.co.uk

Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan perang dengan China mungkin bisa terjadi.

Sosok.ID - China adalah salah satu negara yang berani bertindak layaknya bandit dengan negara-negara yang memang tidak menyepakati kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.

Setelah mengancam akan hentikan ekspor obat-obatan ke AS jika AS membatasi ekspor suku cadang untuk Huawei, Australia juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama.

Mengutip Australian Strategic Policy Institute (ASPI), ekspor non-tradisional Australia ke China, termasuk anggur yang kini alami ancaman, rupanya pernah sangat sukses.

Baca Juga: 'Kalau China Nakal dan Rusak Kapal Kami, Kami Tinggal Panggil AS' Ujar Filipina Dengan Pongah, Rupanya Ada Perjanjian Lebih Lama yang Sebutkan Hubungan Erat AS dan Filipina

Kesuksesan itu tercatat sejak Kesepakatan Perdagangan Bebas China-Australia (ChAFTA) ditandatangani tahun 2015 silam.

Tiga besar ekspor batu bara, bijih besi dan gas cair (LNG) total senilai 70% dari penjualan barang-barang Australia ke China.

Namun pengiriman barang lain yang rutin dikirimkan tiap tahun telah meningkat dari 23 juta Dolar Australia menjadi 40 juta Dolar (Rp 245 milyar menjadi Rp 426 milyar) setelah ChAFTA disepakati.

Angka tersebut didapatkan dari detail data penjualan Departemen Perdagangan dan Hubungan Internasional Australia.

Ekspor Australia selain bijih besi, batu bara dan gas cair ke seluruh dunia telah terhambat, tercatat pertumbuhan tahunan hanya sebesar 3,2% dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun di China sebesar 11.6% sejak perjanjian itu macet.

Halaman Selanjutnya

Editor : Intisari Online

Latest