Sosok.ID - Memang saat ini dunia sedang diancam dengan perang besar karena ketidakstabilan politik di Pasifik.
Semua bermula saat China mengklaim 80 persen perairan Pasifik yang jadi pemicu huru-hara kedepannya dengan berbagai negara.
Amerika Serikat (AS) yang juga punya kepentingan di Pasifik jelas tak suka dengan sikap Beijing.
China dan Rusia semakin mesra di tengah hubungan yang memburuk dengan AS dan sekutunya.
Kedua negara bergabung dalam perang informasi ketika meningkatnya perbedaan ideologi dengan AS.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan, AS dan sekutunya telah menyebarkan disinfomasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik yang menjadikan China dan Rusia merasa dirugikan.
"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menyematkan label pada virus dan membatasi serta menindas media asing untuk melakukan pekerjaan mereka," ujar Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya seperti dilansirSouth China Morning Post,Selasa (28/7).
Pernyataan tersebut, yang dibuat pada hari Jumat, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang, dari penanganan awal Beijing terhadap wabah Covid-19 hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.
Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulat di Chengdu pada hari Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana seorang pejabat AS dituduh sebagai pusat penelitian pencurian oleh militer Tiongkok di AS.