Pekerjaan sebagai buruh tersebut ia lakukan pada tahun 60-an saat dirinya masih hidup di bawah garis kemiskinan.
“(Jadi) buruh benar di pelabuhan Tanjung Priok, itu tahun 60-an. Gue dulu orang yang paling blangsak, susah dulu,” ucap Haji Bolot.
“Jadi buruh waktu masih bujangan, gaji Rp 20 perak, satu hari. Yang penting gue bisa masuk ke pelabuhan, enggak ngurusin gaji dah,” kata Haji Bolot menambahkan. (*)