Sosok.ID- Di Indonesia, pengantin perempuan yang berhubungan seksual di malam pertama pernikahan mereka seolah “diharuskan” berdarah untuk membuktikan dirinya perawan.
Padahal, menurut psikolog seksual Zoya Amirin menilai salah kaprah jika mengaitkan darah di malam pertama dengan keperawanan.
Masih ingatkah pada kasus mantan Bupati Garut (Jawa Barat) Aceng Fikri yang tiba-tiba menceraikan istri mudanya, dengan alasan istri mudanya yang berusia belasan tahun diduga tak perawan lagi saat melakukan malam pertama?
Zoya mengatakan, “Sebenarnya itu pemikiran yang kuno dan ketinggalan zaman kalau ada laki-laki yang mempermasalahkan tentang keperawanan perempuan.”
Pasalnya, ciri keperawanan bukan hanya dilihat dari pernah atau tidaknya seseorang berhubungan seksual.
Zoya lantas memaparkan, selaput dara pada perempuan sifatnya sangat fleksibel. Bentuknya seperti jala.
Ketika terjadi penetrasi, jika si perempuan sudah sangat siap dan nyaman melakukan hubungan seksual, maka selaput dara yang seperti jala itu akan menyesuaikan diri dengan melonggarkan lubang pada jala-jalanya pada saat dimasuki penis.
"Dengan demikian, tidak akan ada perlukaan pada selaput dara itu,” kata Zoya.
Sebaliknya, lanjut Zoya, jika si perempuan merasa tidak nyaman, terpaksa atau dipaksa, tidak tenang, dan tidak siap pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, maka selaput dara akan luka.