Sosok.ID - Semenjak Reino Barack menikahi Syahrini pada 27 Februari 2019 lalu, nama Rosano Barack tiba-tiba mencuat ke publik.
Rosano Barack selaku ayah Reino adalahsalah satu pelaku bisnis paling berpengaruh di Indonesia.
Mengutip dari Market Screener via Tribun Jabar, Rosano Barack adalah pimpinan dari 5 perusahaan besar di Indonesia.
Di antaranya adalah President Commisioner PT Panasonic Manufacturing Indonesia, President Director PT Nusadua Graha International, dan President Director PT Plaza Indonesia Realty Tbk.
Rosano juga menjabat sebagai komisaris di PT Panasonic Gobel Indonesia dan PT Jababeka Plaza Indonesia.
Dengan jabatan mentereng seperti ini, Syahrini bakal jadi menantu konglomerat dengan pundi-pundi fantastis.
Tak hanya itu, Rosano ternyata juga merupakan atasan Hary Tanoesoedibjo.
Hary Tanoesoedibjo adalah salah satu pebisnis paling berpengaruh di Indonesia.
Baca Juga: Bak Langit dan Bumi, Psikolog Ini Ungkap Perbedaan Sifat Syahrini dan Luna Maya yang Bikin Berseteru
Hubungan kerja Rosano dan Hary Tanoesoedibjo terjalin dari PT Global Mediacom Tbk.
Hary Tanoesoedibjo menjabat sebagai Direktur Utama PT Global Mediacom Tbk.
Sementara itu, Rosano adalah Komisaris Utama PT Global Mediacom Tbk yang menjadikan jabatannya lebih tinggi dari Hary Tanoesoedibjo.
Rosano sendiri menjabat sebagai Komisaris Utama PT Global Mediacom Tbk sejak 29 Mei 1998.
Mengutip dari laman resmi Global Mediacom, Rosano adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI).
Rosano lahir pada tahun 1953. Dia lulus dari Universitas Waseda, Tokyo, Jepang pada tahun 1979.
Selain Reino Barack, Rosano punya seorang putri bernama Rangga Maya Barack-Evans.
Sosok Rosano Barack memang dikenal terbatas oleh kalangan tertentu di Indonesia.
Baca Juga: Kaum Hawa Harus Tahu, Sosok Pewaris Kekayaan Keluarga Cendana Ini Masih Belum Punya Pasangan
Jika saat ini sang anak, Reino tengah menjadi sorotan karena menikahi Syahrini, figur sang ayah pun tak kalah hebatnya.
Sebagai seorang usahawan, Rosano termasuk salah satu pebisnis yang berpengaruh di Indonesia.
Rosano merupakan pebisnis kawakan yang memiliki sejarah kedekatan dengan keluarga mantan Presiden Soeharto alias Keluarga Cendana.
Di Indonesia, Rasano memiliki berbagai bisnis yang membuatnya bergelimang harta. Beberapa di antara merupakan kerjasama dengan keluarga cendana.
Rosano mendirikan PT Global Mediacom bersama Bambang Trihatmodjo dan Mochamad Tachril Sapi`ie pada 30 Juni 1981.
Saat itu, nama yang digunakan adalah PT Bimantara Citra.
Di balik hal tersebut, ketiga orang di atas ternyata telah memiliki kedekatan sejak lama.
Tulisan Thomas Wibisono dalam Informasi (1994) mengisahkan, ketiganya sudah bersahabat sejak kecil, sama-sama bersekolah di SD Cikini.
Tak hanya Bambang Trihatmodjo, Siti Hardijanti atau Mbak Tutut kelak juga turut menjabat sebagai komisaris independen di perusahaan ini.
Saat Soeharto lengser pada 1998, Rosano saat itu masih tetap setia menjabat sebagai petinggi dari perusahaan yang ia dirikan tersebut.
Dikutip dari website PT Global Mediacom, pengusaha berumur 66 tahun itu menjabat sebagai komisaris utama sejak 29 Mei 1998.
Ia menempati posisi tinggi itu kurang dari 10 hari setelah Soeharto lengser.
Hal ini seolah menunjukan kesetiaan Rosano, yang berkomitmen akan tetap bersama keluarga Cendana meski dalam kondisi sulit sekalipun.
Sebagai founder dari PT Bimantara Citra yang berganti nama menjadi PT Global Mediacom pada 27 Maret 2007, Rosano dikenal sebagai pengusaha yang berlimpah materi.
Dikutip dari laman marketscreener.com, harta Rosano ditaksir mencapai US$ 35 juta atau sekitar Rp 490 miliar dengan nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS.
Ia juga memiliki sejumlah bisnis lain seperti PT Plaza Indonesia Realty Tbk, PT Nusadua Graha International, PT Panasonic Manufacturing Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia dan PT Jababeka Plaza Indonesia.
Baca Juga: Ngaku Fans Luna Maya Jadi Alasan Penjaga Toko Kelontong Unggah Video Syur Mirip Syahrini
Tak salah jika Reino memilih untuk terjun ke dunia bisnis. Selain sang ayah seorang usahawan besar, beberapa lini bisnis yang dimilikinya ditangani langsung oleh pria yang menikahi Syahrini.
Seperti dikutip dari buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto, Mayor Jenderal TNI Sintong Panjaitan diangkat menjadi Panglima Kodam IX/Udayana pada tanggal 12 Agustus 1988.
Sebagai penangggung jawab keamanan wilayah, Sintong banyak bersentuhan dengan aspirasi masyarakat banyak, serta perkembangan sosial ekonomi di wilayahnya.
Maklum saja, wilayah Kodam IX/Udayana khususnya Bali merupakan daerah yang bernilai emas di mata pelaku bisnis.
Situasi ini membawa Sintong pada pertemuan dengan kepentingan kelompok bisnis.
Menjelang lahir dekade 1980-an, anak-anak Presiden Soeharto mengembangkan kiprahnya di bidang bisnis.
Salah satunya adalah Bambang Trihatmodjo yang berencana menanamkan investasi di Bali.
Dalam kaitan ini muncul suara dan saran agar Sintong menemui Bambang ke Jakarta, karena putra ketiga Soeharto ini mempunyai masalah di Bali.
Namun, Sintong tidak mau pergi ke Jakarta untuk sekadar bertemu anak Soeharto.
Apabila Presiden/Panglima Tertinggi ABRI, Menteri Hankam, Panglima ABRI atau KSAD yang memerlukan Sintong pergi ke Jakarta, ia pasti akan berangkat langsung pada kesempatan pertama.
Namun, jika yang memerlukan adalah putra Presiden Soeharto, ia tak mau datang karena tidak ada jalur komando.
Ia berpendirian bahwa jika Bambang ingin bertemu dengan Sintong, dialah yang harus datang ke Bali.
Akhirnya Bambang datang ke Bali dengan didampingi oleh Rosano Barack.
Dalam pertemuan bertiga itu, Sintong mengatakan bahwa ia adalah jenderalnya Presiden Soeharto.
"Saya mengagumi Soeharto dan harus mendukung beliau sebagai presiden," tegas Sintong.
Namun, Sintong mengingatkan Bambang Trihatmodjo bahwa Soeharto tidak selamanya berada di atas.
Baca Juga: Lengsernya Soeharto, Menandai Indonesia Meminjam Uang untuk Lunasi Utang ke Lintah Darat Dunia
"Kalau Bambang Tri tidak mulai baik-baik sejak sekarang, seandainya terjadi apa-apa terhadap Soeharto nanti, maka Bambang Tri akan mendapat masalah. Orang pertama-tama lari, ya dia ini," kata Sintong sambil menunjuk pengusaha Rosano Barack.
Ia bertujuan mengawal nama baik Soeharto dalam langkah bisnis Bambang Trihatmodjo.
Beberapa tahun kemudian setelah turunnya Soeharto dari kursi kekuasaan, Rosano bertemu dengan Sintong.
Rosano berkata, "Memang benar perkiraan Pak Sintong. Setelah Soeharto jatuh, orang-orang semua lari meninggalkan Soeharto dan keluarga. Tapi, saya tidak."
Sintong mengakui bahwa hal yang dikatakan Rosano Barack itu benar.
Artikel ini telah tayang di FotoKita.ID dengan judul: "Sudah Datang Jauh-jauh ke Bali Bareng Suami Mayangsari, Ayah Mertua Syahrini Malah Ditunjuk-tunjuk Jenderal yang Sangat Loyal Pada Soeharto: 'Orang yang Lari, Ya Dia Ini!'."
(*)