Dia pernah mengenyam pendidikan militer di Australia, hingga membuatnya menjadi sosok berbahaya di FDTL.
Padahal para perwira di FDTL adalah mantan akombatan Fretlin yang pernah berhadapan dengan ABRI semasa konfrontasi dengan Indonesia.
Sayangnya pendidikan militer yang mentereng itu tak membuat Reinaldo memiliki masa depan yang baik di Timor Leste.
Dia justru didiskriminasi oleh Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak, dan berakhir didiskriminasi.
Reinaldo diperlakukan rasis karena dia berasal dari daerah Timor Leste bagian timur.
Karena itu, dia marah pada Ruak, pada Mei 2006 bersama 600 anggita FDTL melakukan desersi sebagai protes atas perlakukan itu.
Ruak yang geram justru memecat semua anggota yang melakukan protes massal.
Kemarahan makin memuncak, Reinaldo melakukan aksi rusuh dan membuat satu negara porak poranda.
Reinaldo melakukan taktik gerilya mirip Fretlin ketika menyerang FDTL, sama dengan yang dilakukan ketika melawan Indonesia.
Lama-lama Timor Leste dirundung kerusuhan dan pertikaian antar etnis terjadi.