Sosok.ID - Api peperangan di Suriah nampaknya tetap akan berkobar hingga waktu lama.
Kisruh yang bermula pada tahun 2011 lalu itu sudah mengakibatkan ribuan warga sipil Suriah meninggal dunia.
Kini militer Turki dan Suriah saling baku hantam di Provinsi Idlib.
Serangan drone Turki di barat laut Provinsi Idlib menewaskan 19 tentara Suriah pada Minggu (1/3/2020).
Kantor berita AFP melaporkan, 19 prajurit tersebut tewas dalam serangan terhadap konvoi militer di daerah Jabal Al-Zawiya.
Selain itu, serangan juga terjadi di sebuah pangkalan militer dekat kota Maaret al-Numan. Keterangan ini diungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Kejadian tersebut muncul beberapa jam setelah Turki menembak jatuh dua pesawat tempur Suriah, dalam serangan yang semakin gencar ke pemerintah Damaskus di Idlib.
Di sana, para milisi yang didukung pihak Ankara menjadi penghalang terbesar bagi kubu Damaskus untuk merebut kembali kendali Suriah.
Menyusul minggu-minggu penuh kekerasan di provinsi itu, Turki mengerahkan operasi militer penuh terhadap pasukan Suriah yang didukung Rusia.
Pekan lalu 34 tentara Turki tewas dalam serangan udara yang dilakukan kubu Damaskus.
Meski begitu, Ankara menegaskan tidak ingin bentrok langsung dengan Moskow.
"Kami tidak memiliki niat atau pun keinginan untuk menghadapi Rusia," kata Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, dikutip dari Daily Mirror.
"Satu-satunya niat kami di sana adalah agar rezim Suriah akhiri pembantaian dan dengan demikian mencegah, menghentikan radikalisasi dan migrasi," lanjutnya.
Pesawat Suriah ditembak jatuh
"Satu sistem anti-pesawat yang menembak jatuh salah satu drone bersenjata kami, dan dua sistem anti-pesawat lainnya telah hancur," kata Kementerian Pertahanan Turki.
Mereka menambahkan dua pesawat Su-24 Fencer Suriah berhasil ditembak jatuh F-16 Turki di langit Idlib sebagaimana dikutip dari AFP.
Media pemerintah Suriah mengatakan pasukan Turki sudah mengunci target dua pesawatnya di atas Idlib.
Sebuah kelompok pemberontak, dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang merupakan pemantau perang berbasis di Inggris, mengonfirmasi pesawat telah jatuh.
Situasi di Idlib bergejolak karena pemerintah yang didukung kekuatan udara Rusia, melancarkan serangan di wilayah tersebut.
Serangan dilakukan dalam upaya merebut lagi kantong opsisi terakhir, dalam perang saudara yang telah berlangsung selama sembilan tahun ini.
Konfrontasi antara pasukan Suriah yang didukung Rusia, dan Turki yang menjadi anggota NATO, telah memicu kekhawatiran konflik akan meluas seperti tahun 2015.
Akibatnya, jumlah pengungsi melonjak di sepanjang perbatasan Turki-Yunani.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Turki vs Suriah: Memanasnya Peperangan dan Ketegangan di Perbatasan"