Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Hening Widyastuti selaku psikolog asal Solo menyampaikan sebenarnya permasalahan gaji merupakan privasi.
"Topik gaji sebetulnya masalah privasi seseorang, akan tetapi berkaitan dengan seseorang yang populer, seperti politikus, pejabat negara, maka akan menjadi menarik untuk dikulik lebih dalam, termasuk masalah salary anggota DPR," ujar Hening.
Masyarakat dianggap lebih 'kepo' mengenai kehidupan pribadi seseorang.
Baca Juga: Hampir Saja Tewas Karena Terbakar, Erizal Perantau Asal Minang Selamat dari Kerusuhan Wamena
"Kehadiran berita tersebut menjadi hiburan menarik bagi masyarakat," ujar Hening.
Hening mengungkapkan mengetahui gaji saja tentu tidaklah cukup bagi masyarakat.
"Mereka berusaha lebih dalam, seperti cari informasi siapa istrinya, anak-anaknya, rumahnya seperti apa, mobilnya apa, koleksi harta bendanya apa saja, dan anggota DPR itu pernah jalan-jalan ke tempat mana saja," kata Hening.
Di tengah kondisi yang sedang ricuh saat ini, informasi tentang gaji dan tunjangan DPR dianggap jadi hiburan.
Di sisi lain, Hening mengatakan kalau informasi mengenai gaji dan tunjangan para wakil rakyat tersebut justru bisa dipakai untuk menjatuhkan anggota DPR juga.
"Masyarakat yang mengalami hal tersebut (kesulitan ekonomi, stress maupun tekanan pikiran) akan geleng kepala dan mengelus dada. Prihatin dengan gaji (yang diterima anggota dewan) sebesar itu berbanding terbalik dengan kerja anggota DPR yang bila rapat sering tertidur di ruang sidang, dan lainnya,"
"Lebih terlihat menghambur-hamburkan uang rakyat. Mereka digaji oleh rakyat Indonesia, akan tetapi kerja anggota dewan banyak tidak mengutamakan dan mengemban amanah rakyat," Tegas Hening.