"Semua orang berlari keluar berteriak dan menangis. Hampir semua di bagian pria tewas atau terluka," katanya, dikutip dariKompas.com.
Dua jam setelah ledakan, Farhaq mengatakan jenazah mulai dikeluarkan.
Suasana pilu terlihat ketika ada pria dengam pakaiannya bersimbah darah mencari saudaranya.
Sementara salah satu tamu kepada Tolo News menuturkan ada sekitar 1.200 orang yang diundang.
"Serangan ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kecam Kepala Eksekutif Afghanistan Abdullah Abdullah, dikutip dariKompas.com.
Kelompok pemberontak secara teratur menyerang pesta pernikahan karena merupakan target paling mudah dengan polisi jarang melakukan pengamanan di sana.
Pada 12 Juli, enam orang tewas bom bunuh diri menghantam pesta di Nangarhar, dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab.
Ekspektasi meningkat setelah AS menyiratkan bakal menarik 14.000 tentara yang bermarkas di Afghanistan setelah konflik yang berlangsung selama dua dekade.
Sebagai gantinya, Taliban menyatakan bakal memberikan jaminan keamanan, termasuk berjanji tidak akan menjadikan Afghanistan sebagai persembunyian jihadis.
Kesepakatan itu bisa membuat Washington keluar dari perang terlama yang mereka jalani, namun analis tidak yakin bakal segera memberikan kedamaian di sana.