Beralihnya diplomasi basa-basi Indonesia di meja perundingan menjadi 'gebuk dulu urusan belakangan' tak lain dan tak bukan karena sikap Belanda dan Amerika yang sebelumnya keras kepala kukuh agar Irian Barat jadi negara sendiri.
Awalnya Indonesia ingin masalah Irian Barat diselesaikan di meja perundingan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Namun apa lacur pada Sidang PBB tahun 1960, masalah Irian Barat tak menjadi tema utama sidang.
Soekarno geram bukan main, ia lantas menumpahkan kekesalannya dan berkata dengan nada mengancam ke Menteri Luar Negeri (Menlu) AS saat itu Christian Herter seusai sidang.
"Kami meminta Sekjen PBB memasukkan masalah ini dalam agenda PBB tahun 1954. Kami ulangi lagi tahun 1955, 1956, 1957... setiap tahun. Harap dijelaskan kepada pemerintah Anda, kami tidak berniat menaklukan satu bagian dunia yang bukan milik kami. Kami bukan ekspansionis. Tetapi kini kami terpaksa melakukan politik memakai senjata," semprot Soekarno kepada Herter.
Ketar-ketir juga Herter mendengar kekesalan Soekarno.
Ia langsung menyampaikan ini kepada Presiden Amerika dan ajaibnya Paman Sam mulai lunak agar Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.
Akan tetapi Belanda masih ngotot bercokol di Irian.
Hal ini membuat Indonesia tancap gas mempersiapkan segala sesuatunya untuk merebut Irian Barat secepat mungkin.
Menlu Indonesia Soebandrio langsung berpidato di PBB menyoal Irian Barat, Soekarno terbang ke Amerika Serikat untuk berunding dengan JF Kennedy dan A.H.Nasution ditugaskan ke Soviet untuk memborong semua senjata yang dijual oleh Beruang Merah.