Tawaran tersebut pun langsung ia terima.
"Tetangga saya itu pengurus panti asuhan,", jelasnya.
Sejak saat itu ia hidup di panti asuhan dan berpisah dengan keluarganya.
Semua itu ia lakukan demi bisa bersekolah.
Mundholin ssangat bahagia karena dapat masuk SMP, meskipun jarak sekolahnya tersebut sekitar 7 kilometer dari panti asuhan tempat ia tinggal.
Ia menempuh jarak 7 km tersebut dengan berjalan kaki.
"Kadang bonceng teman yang memakai sepeda onthel. Kalau tidak ada boncengan ya terpaksa jalan kaki," ungkapnya.
Demi cita-citanya tersebut, Mundholin menjalani hari-harinya dengan penuh semangat.
Walaupun ia kadang dipandang sebelah mata oleh teman-temannya.
Karena semangatnya dan doanya, ia berhasil menjadi murid yang berprestasi.