"Ada juga lewat pertemuan pancawara, saptawara dan juga menurut wuku. Sasih kapah sendiri jatuh pada bulan Juli. Gempa sendiri terjadi saat purnama yang merupakan puncak dari Sasih Kapah."
"Kalau ada gempa sebagai tanda-tanda buruk lainnya perlu ritual Guru Piduka (minta maaf pada semesta), "Prayascita" (penyucian atau ruwat bumi). Kalau terjadi korban 'Labuh Gentuh' (penyucian kembali alam menuju titik awal-normal)," ujarnya.
Meski demikian, Sugi Lanus tetap menghimbau warga tetap menjaga kewaspadaan walau Lontar menunjukkan gempa tadi merupakan pertanda baik.
Sugi Lanus juga mengungkapkan jika orang Bali rumah zaman dulu yang berbahan kayu menurutnya lebih tahan gempa.
"Dulu rumah masih berbhaan kayu sehingga saat terjadi gempa masih bisa perpikir pertanda baik atau buruk. Berbeda dengan sekarang rumah terbuat dari tembok beton jadi harus tetap waspada," imbau Sugi Lanus.
Adapun rincian makna gempa menurut kepercayaan orang Bali sesuai waktu terjadinya peristiwa:
KASA:
Pada sasih ini Bhatari Sri mayoga_. Dunia tentram, banyak orang berpindah tempat, banyak orang senang, ternak tak kurang makanan.
KARO:
Bhatari Gangga mayoga. Hujan lebat berisi angin, pohon semua tumbuh, banyak orang memfitnah . KETIGA:
Bhatara Wisnu mayoga. Bayak hujan, tanaman subur, orang desa banyak bertengkar, banyak bahaya.