Berhasil Tangkap Koruptor Kelas Kakap yang Garong Duit Negara Sebanyak Rp 546 M, Kiprah Ferdy Sambo Harus Mandeg Sebelum Naik Jadi Kapolri, Sebuah Perang Bintang?

Rabu, 10 Agustus 2022 | 08:38
Kolase foto Tribun dan Kompas

Ilustrasi Ferdy Sambo mengangani kasus kebakaran Kejagung tahun 2020

Sosok.ID -Seluruh rakyat Indonesia sedang memusatkan perhatiannya pada kasus Brigadir J atau kasus Brigadir Nofriansyah Joshua Hutabarat.

Selasa 9/8/2022 kemarin, Irjen Pol Ferdy Sambo ditetapkan menjadi tersangka oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Hal ini tentu membuat banyak pihak terperanjat.

Pasalnya, Irjen Ferdy Sambo dikenal menjadi perwira bhayangkara yang memiliki segudang prestasi.

Itulah sebabnya dia menjadi Kadiv Propam Polri sebelum akhirnya dinonaktifkan dan ditetapkan jadi tersangka dalam kasus baku tembak antar ajudannya.

Sudah ada banyak kasus besar yang dibongkar oleh Irjen Ferdy Sambo, termasuk Ferdy Sambo sudah hampir menangkap Djoko Tjandra, koruptor yang kini bersembunyi di negara tetangga Indonesia.

Ferdy Sambo adalah lulusan Akpol 1994, sempat menjabat Kasatreskrim Polres Jakbar tahun 2010 kemudian ditunjuk sebagai Kapolres Purbalingga tahun 2013-2014.

Karirnya terus melejit sampai kemudian ditarik ke Polda Metro Jaya dengan jabatan Wadirkirmum 2015 lalu.

Setahun setelahnya, Ferdy Sambo menjabat Dirtipidum Mabes Polri, membuatnya sudah berpangkat Brigjen Pol sampai dirinya menjabat Kadiv Propam mulai 2020 lalu.

Daftar kasus besar yang dibongkar Irjen Ferdy Sambo

Ini dia sederet kasus besar yang dibongkar oleh Irjen Ferdy Sambo

Penebar ranjau paku di Jakbar

Ferdy Sambo saat menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Jakbar berhasil meringkus para pelaku penebar paku di jalanan.

Modus kejahatan ini menjadi sorotan karena banyaknya korban berjatuhan dari warga yang melintas di jalan raya.

Teroris bom Sarinah

Kawasan Sarinah, Jakarta, pada 14 Januari 2016 pagi pernah diserang oleh sejumlah ledakan hebat.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian memerintahkan anak buahnya, salah satunya AKBP Ferdy Sambo, guna mengejar para pelaku di TKP pengeboman.

Polisi akhirnya datang menangkap dalang aksi bom itu bernama Aman Abdurrahman, pentolan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS

Kasus kopi sianida

Saat masih berpangkat AKBP, Ferdy Sambo yang menjabat Wadirkrikum sempat terlibat dalam penyelidikan kematian Wayan Mirna Salihin yang diracun es kopi Vietnam.

Kasus itu memunculkan nama sahabatnya, Jessica Kumala Wongso, sebagai pelakunya.

Kasus kopi sianida ini sempat menghebohkan masyarakat.

Setelah berjalan sebanyak 32 kali persidangan selama sekitar 8 bulan, akhirnya majelis hakim memvonis Jessica dengan pasal pembunuhan berencana dengan vonis 20 tahun penjara.

Jaringan perdagangan manusia di Timur Tengah

Kasus perdagangan manusia diungkap ketika Ferdy Sambo menjabat sebagai Wadirtipidum Bareskrim Polri.

Delapan tersangka tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ditangkap Bareskrim Polri dari empat jaringan Timur Tengah, antara lain Maroko, Suriah, Turki, dan Arab Saudi.

Kasus hiburan malam yang buka saat PSBB

Saat menjadi Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Ferdy Sambo berhasil menggerebek Karaoke Venesia karena beroperasi ketika PSBB.

Tempat hiburan malam itu juga diduga melakukan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus eksploitasi seksual.

Kasus kebakaran Kejagung

Brigjen Ferdy Sambo juga membongkar penyebab kebakaran Kejagung 22-23 Agustus 2020 lalu.

Ferdy Sambo menjadi sosok yang menyalahkan kuli bangunan yang menyalakan rokok.

Kasus korupsi Djoko Tjandra

Brigjen Ferdy Sambo juga terlibat dalam penangkapan buronan kelas kakap Djoko Tjandra.

Djoko Tjandra adalah terpidana kasus hak tagih (cassie) Bank Bali di Kuala Lumpur, Malaysia.

Penangkapan dilakukan dengan cara koordinasi Polri dengan Polisi Diraja Malaysia (PDRM), yaitu Inspektur Jenderal of Police Malaysia Abdul Hamid bin Bador pada 23 Juli 2020 lalu.

Djoko Tjandra yang garong duit negara sebesar Rp 546 miliar akhirnya divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan.

Perang bintang

Sudah menjadi rahasia umum jika dalam Polri ada perang bintang, seperti disampaikan oleh Jenderal Purnawirawan Idham Azis yang menjabat sebagai Kapolri sebelum Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mengutip artikel Aiman yang diterbitkan Kompas.com.

Sebelum pensiun, Idham Azis mengatakan walaupun Polri kompak, ada api dalam sekam di tingkat petinggi Polri, terutama untuk masalah-masalah terkait pergantian pucuk pimpinan tertinggi, yaitu Kapolri.

Idham Azis mengatakan, akan banyak kejadian yang menjerat para pejabat Bareskrim Polri.

Kasus Djoko Tjandra adalah satu kasus utama yang sudah banyak menjerat pejabat Bareskrim Polri, dua di antaranya adalah Prasetijo Utomo dan Napoleon Bonaparte.

Sebelum tersandung kasus Djoko Tjandra, Prasetijo Utomo yang berpangkat Brigjen Pol menjabat sebagai Kepala Biro Koordinator Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Karo Korwas PPNS), dan dia tersandung kasus dugaan suap sampai pembuatan surat jalan palsu untuk Djoko Tjandra.

Sedangkan Napoleon Bonaparte awalnya adalah Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, berpangkat Irjen, didakwa terkait suap penerimaan uang untuk penghapusan Red Notice Djoko Tjandra.

Selain kasus Djoko Tjandra, kasus yang menghantam para bintang di Polri adalah kasus simpatisan Rizieq Shihab, berujung pada pencopotan dua Kapolda, Irjen Pol Nana Sudiana dan Irjen Pol Rudy Sufahriadi.

Sebelum dicopot, keduanya menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat dan keduanya memiliki potensi besar naik bintang tiga untuk masuk ke dalam bursa calon Kapolri.

Perebutan Tribata Satu atau Kapolri memang penuh lika-liku, dan disebutkan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta Pane, bahwa perang bintang muncul karena perang "geng".

"Ada geng Solo, ada geng Pejaten, ada geng Makassar, ada geng Independen," kata Neta kepada Aiman di Program AIMAN di KompasTV, Senin (30/11/2020) pukul 20.00.

Kepada Aiman Neta menjelaskan, geng Solo terkait dengan pejabat polisi yang pernah bertugas di Solo, terutama saat Presiden Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Lalu geng Pejaten (merujuk pada Kantor Badan Intelijen Negara) adalah pejabat polisi yang merupakan anak asuh Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan.

Sementara geng Makassar atau kutub Sulawesi mengacu pada Pejabat polisi yang berasal dari daerah Sulawesi.

Dan independen, adalah pejabat polisi yang tidak termasuk dalam kutub mana pun.

Baca Juga: Hanya Gara-gara Parfum Milik Istrinya Inilah Ferdy Sambo Jadi Tersangka, Apa Motif Ferdy Sambo Membunuh Brigadir J?

Editor : May N

Baca Lainnya