Sosok.ID - Pembunuhan ayah mertua terhadap sang menantu pernah menggemparkan pada 2020 lalu.
Pasalnya, ayah mertua bak terlihat begitu puas usai menghabisi nyawa sang menantu.
Usut punya usut, ia sakit hati lantaran putrinya telah diselingkuhi sang menantu.
Melansir dari The Straits Times, Rabu (16/2/2022), ayah mertua yang tak memiliki rasa takut itu diketahui bernama Tan Nam Seng.
Namanya menjadi perbincangan saat pengadilan menjatuhkan vonis hukuman 8,5 tahun penjara pada persidangan yang digelar pada 21 September 2020 lalu.
Hukuman tersebut untuk menebus kesalahannya membunuh sang menantu, Spencer Tupani.
Tan Nam Seng mengakui perbuatan yang ia lakukan di sebuah kedai kopi di Telok Ayer Street,Singapurapada 10 Juli 2017 sekitar pukul 13.20 waktu setempat.
Peristiwa pembunuhan itu bermula ketika ketika Tan yang sedang dalam perjalanan menuju kantornya di Pengadilan Cecil melihat Tuppani di Jalan Telok Ayer.
Sesampainya di kantor, Tan mengambil pisau di pantry lalu pergi ke salah satu kedai kopi di kawasan itu.
Setelah itu, ia langsung menghampiri sang menantu dan menikamnya.
Usai sang menantu jatuh tersungkur, Tan memberi tahu orang-orang yang lewat: "Ini menantu saya, jangan dibantu, biarkan dia mati."
Dia kemudian meletakkan pisau di atas meja dan duduk di kursi dengan tenang.
Sembari menunggu kedatangan polisi, Tan menelepon putrinya.
"Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya sudah melakukannya. Saya sudah membunuhnya. Jangan menangis. Saya sudah tua. Saya tidak takut masuk penjara," ujar Tan kepada putrinya.
Menurut keterangan pengacara Tan, Wee Pan Lee, pembunuhan itu didasari oleh rasa sakit hati.
Wee mengatakan, Tan merasa dikhianati oleh Tuppani yang selama ini ia perlakukan seperti putranya sendiri.
Baca Juga: Gegerkan India, Seorang Pria Sembunyikan Mayat Kekasihnya di Mall Usai Dicekik hingga Tewas
Tan yang dahulu hanya seorang kuli, berusaha dari nol untuk mengembangkan bisnisnya selama bertahun-tahun.
Setelah putrinya menikah, Tan mengizinkan ibu dan adik laki-laki Tuppani tinggal di rumahnya.
Tuppani mempekerjakan orang tuanya, dan menggunakan dana perusahaan untuk membiayai pendidikan adiknya di luar negeri.
Ketika putri Tan, Shyller hamil anak keempat pada 2015, Tuppani memaksanya untuk menggugurkan kandungannya.
Pada 2016, ayah Tuppani membujuk Tan untuk menjual perusahaannya kepada GKE Corporation.
Namun, alih-alih mendapat 1 juta dolar seperti yang diharapkan, Tan dan putrinya hanya mendapat 450.000 dolar dan saham GKE dari penjualan tersebut.
Sampai pada 2017, Shyller memergoki suaminya itu membeli rumah untuk istrinya yang lain.
Keduanya pun memutuskan untuk bercerai, tapi ada perebutan hak asuh.
Tuppani yang awalnya mengaku tak akan menuntut hak asuh atas ketiga anaknya diam-diam mengajukan klaimnya.
Karena itu, Tan kemudian nekat membunuh menantunya setelah mengalami depresi berat.
(*)