Perang Dunia 3 Benar Terjadi di Laut China Selatan? 2 Negara Terdekat Tiongkok Ini Jadi Bukti Perkuat Militer HIngga Nekat Tingkatkan Utang Negara Sampai 50%

Selasa, 31 Agustus 2021 | 17:07
Freepik

ilustrasi perang dunia. Perang Dunia 3 Benar Terjadi di Laut China Selatan? 2 Negara Terdekat Tiongkok Ini Jadi Bukti Perkuat Militer HIngga Nekat Tingkatkan Utang Negara Sampai 50%

Sosok.ID - Sebuah keputusan mengejutkan diambil dua negara yang kini cukup sering jadi sorotan soal perselisihannya dengan China.

Bahkan beberapa pakar mengungkapkan perang dunia tiga bakal pecah bermula dari kawasan dekat dengan wilayah China.

Hal itu ternyata bukan isapan jempol belaka terbukti dari beberapa negara di sekitar China yang mulai meningkatkan pertahanan mereka.

Salah satunya adalah Jepang yang kini makin sering bersitegang dengan China di perbatasan kedua negara.

Baca Juga: Indonesia Harus Semakin Waspada, Wilayah Perbatasan RI Disebut Bakal Jadi Medan Perang Dunia 3, Laut China Semakin Memanas Gegara Hal Ini!

Sebagai perbandingan, anggaran pertahanan Jepang untuk tahun fiskal 2021 adalah 5,3 triliun yen.

Nilai ini menandai kenaikan anggaran selama 10 tahun berturut-turut.

Jumlah itu belum termasuk pengeluaran yang terkait dengan menjadi tuan rumah pangkalan militer AS, yang mencapai 200 miliar yen per tahun.

Peningkatan anggaran pertahanan Jepang ini jelas bertujuan untuk mempercepat peningkatan kemampuan dalam domain baru, dan mempromosikan pengembangan teknologi baru untuk menghadapi kehadiran militer China yang semakin meningkat.

Baca Juga: Setelah Inggris, Kini Jerman Kirim Kapal Perang Menuju Laut China Selatan, Perang Dunia Barat Lawan Tiongkok Semakin di Ujung Mata?

Dilansir dari Kyodo, permintaan anggaran untuk tahun 2022 tersebut telah diajukan oleh Kementerian Pertahanan Jepang pada hari Selasa (31/8), sebelum nantinya harus dibahas terlebih dahulu oleh parlemen.

Rencana belanja militer Jepang tahun 2022Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan, mereka akan mengabaikan biaya upgrade 70 unit jet tempur F-15, yang rencananya akan menerima rudal baru dengan biaya mencapai 398,0 miliar yen.

Sebagai gantinya, pengeluaran akan dialihkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.

Jumlahnya naik 114,1 miliar yen menjadi 325,7 miliar yen.

Beberapa teknologi yang akan menjadi fokus termasuk pesawat tanpa awak yang menggunakan kecerdasan buatan yang akan disiapkan untuk mendukung jet tempur generasi berikutnya.

Anggaran itu juga mencakup pengembangan sistem spektrum elektromagnetik untuk menembak jatuh drone dan ancaman udara lainnya dengan laser energi tinggi atau gelombang mikro.

Dari total anggaran yang diajukan, 130,0 miliar yen di antaranya akan digunakan kementerian untuk membeli lebih banyak jet tempur siluman canggih seri F-35.

Baca Juga: Indonesia Harus Makin Waspada, Inggris Disebut Bakal Kembali Buat Koloni Seperti Saat Perang Dunia 1 dan 2 di Asia, Ini Buktinya!

Sementara 10,2 miliar yen akan digunakan untuk pengadaan kapal angkut kecil dan menengah untuk mendukung operasi pertahanan pulau terpencil di barat daya Jepang.

Kementerian Pertahanan Jepang berencana menempatkan unit rudal di Pulau Ishigaki untuk memperkuat kemampuan pertahanan di sekitar rantai kepulauan Senkaku yang disengketakan dengan China.

Anggaran sebesar 37,9 miliar yen juga disiapkan untuk pengadaan rudal standoff yang akan diluncurkan dari berbagai platform, termasuk kapal dan pesawat.

Belum cukup sampai di situ, Kementerian Pertahanan Jepang juga meminta 5,8 miliar yen untuk memodifikasi radar untuk kapal baru yang dilengkapi dengan sistem pencegat rudal Aegis.

Meski masih harus melalui berbagai proses untuk mendapat persetujuan, permintaan anggaran untuk tahun depan ini hampir dipastikan akan disetujui mengingat situasi keamanan kawasan yang memang sedang tidak menentu.

Korea Selatan Nekat Naikan Utang Sampai 50% Demi Tingkatkan Pertahanan

Pemerintah Korea Selatan mengumumkan peningkatan belanja dalam anggaran tahunan di akhir masa jabatan lima tahun Presiden Moon Jae-in.

Peningkatan belanja yang cukup agresif ini dilakukan dengan mendorong segala prospek pencapaian anggaran berimbang di tengah defisit fiskal yang memburuk.

Baca Juga: Kejadian Hiroshima dan Nagasaki Bakal Terulang Lagi? China Siapkan Bom Nuklir Untuk Lenyapkan Jepang dari Peta: Kami Akan Gunakan Bom Nuklir

Selasa (31/8), Kementerian Keuangan Korea Selatan melaporkan, akan menganggarkan belanja pada rekor terbesar yakni 604,4 triliun won setara US$ 518,4 miliar di tahun 2022.

Jumlah tersebut naik 8,3% dibandingkan dengan anggaran belanja tahun ini, sebelum dua pengeluaran darurat tambahan dirancang guna menawarkan bantuan pandemi kepada rumah tangga.

Rencana pengeluaran ini akan membawa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan menjadi 50,2%. Ini pun jadi rekor terbesar.

"Utang kami akan melebihi 50% (ekonomi) dalam jangka menengah, tetapi, ketika kami mulai membalikkan keadaan untuk posisi fiskal yang lebih baik. Kami mengharapkan, peningkatan yang cukup besar dalam neraca pembayaran fiskal tahun depan," kata seorang pejabat anggaran di Kementerian Keuangan Korea Selatan.

Pada tahun 2025, Korea Selatan mengharapkan rasio sebesar 58,8%, menurut Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Perang Dunia 3 Telah Dimulai? Kepala Intelijen Ini Ungkap Pergerakan Mata-mata Rusia dan China yang Disebut Bak Teroris: Menebar perselisihan dan Menyerang...

Pandemi virus corona telah memaksa pemerintah Moon Jae-in yang berhaluan kiri untuk berkompromi pada tujuan fiskalnya, dengan menawarkan paket bantuan pandemi yang ambisius dalam enam pengeluaran fiskal tambahan sejak awal tahun lalu.

Rasio utang terhadap PDB Korea Selatan pun telah menggelembung dari sekitar 40% ketika mulai menjabat pada tahun 2017.

Anggaran 31 Agustus dipandang sebagai tindakan penyeimbang antara menuangkan dana ke layanan sosial yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi ekonomi yang melambat dan mengurangi ketimpangan pendapatan yang meningkat, sambil menghindari tekanan lebih lanjut pada keuangan negara.

Sekitar sepertiga dari total pengeluaran, setara 216,7 triliun won, akan dialokasikan untuk kesejahteraan dan pekerjaan, untuk menutupi kenaikan biaya sosial karena ekonomi yang melambat paling cepat di antara anggota OECD, menciptakan masalah jangka panjang bagi negara.

Pemerintah juga telah mengalokasikan 11,9 triliun won untuk pengeluaran di bidang terkait lingkungan untuk bekerja menuju tujuan netralitas karbon negara itu pada tahun 2050. Pemerintah juga mengusulkan 55,2 triliun won untuk belanja pertahanan nasional.

Kementerian Keuangan menyebut akan menerbitkan obligasi sebesar 167,4 triliun won pada 2022.

Kenaikan obligasi negara diproyeksikan mencapai 94,9 triliun won. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kontan.co.id

Baca Lainnya