China Sebut Jepang Gali Kuburan Sendiri Jika Nekat Gabung Militer AS Bantu Taiwan Menang Perang

Jumat, 09 Juli 2021 | 20:00
Da qing - Imaginechina/VCG via Global Times

China vs AS

Sosok.ID - Partai Komunis China memperingatkan Jepang bahwa mereka akan “menggali kuburnya sendiri” jika berpihak pada militer Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari New York Post, Jumat (9/7/2021, hal ini berkaitan pada keterlibatan AS membela Taiwan jika terjadi invasi.

Negara yang dipimpin Xi Jinping itu bahkan menyebut bahwa Jepang “tidak berdaya melawan militer China.”

“Jepang tidak berani menghadapi China sendirian."

Baca Juga: Sesumbar Sebagai Negara Besar Sejak Masa Lalu, China Ungkap Sejarah Masa Lalu, Padahal Pernah Kalah dari Negara Sekecil Jepang!

"Jika Jepang melibatkan dirinya dalam masalah Taiwan secara militer, itu akan menjadi Jepang menggali kuburannya sendiri,” lapor surat kabar Partai Komunis China Global Times pada Rabu (7/7/2021), seprti dilansir Sosok.ID.

“Kemampuan militer Jepang sepenuhnya dikendalikan oleh AS dan tidak memiliki kemampuan tempur yang independen. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dengan mudah melumpuhkan kemampuan serangan Pasukan Bela Diri Jepang."

"Jepang sendiri tidak berdaya melawan militer China,” kata artikel tersebut, yang ditulis oleh Song Zhongping, pakar militer China dan komentator TV.

Laporan itu menyebutkan bahwa China akan melihat Jepang sebagai ancaman jika membantu pasukan AS.

Baca Juga: Ingat Perang Jepang vs China Tahun 1937? Ternyata Penyebabnya Gegara Prajurit Kebelet Kencing? Begini Kronologinya!

“Jika Jepang bekerja sama dengan AS untuk melakukan tindakan militer terhadap China, terutama di pulau Taiwan atau Kepulauan Diaoyu, Beijing akan melihat langkah itu sebagai terlibat dalam konflik militer dengan China."

"Dalam hal ini, Jepang akan menjadi sasaran serangan militer China. Ini akan membahayakan kelangsungan hidup Jepang," tulis Song.

Artikel itu ditulis sebagai tanggapan atas komentar yang dibuat oleh Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso pada makan malam penggalangan dana untuk sesama anggota parlemen Senin malam.

“Jika masalah besar terjadi di Taiwan, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa itu bisa berhubungan dengan situasi yang mengancam kelangsungan hidup (untuk Jepang),” kata Aso.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Jepang Tiba-tiba Ungkap Dirinya Bakal Bernasib Sama Dengan Pearl Harbour, Singgung Soal China dan Rusia

Serangan China di Taiwan akan menciptakan situasi berbahaya bagi Jepang — yang akan mengharuskan negara tersebut memutuskan untuk menggunakan hak pertahanan diri kolektifnya atau membantu sekutu.

“Kita perlu berpikir keras bahwa Okinawa bisa menjadi yang berikutnya,” kata Aso.

Dalam pidato yang menandai peringatan 100 tahun Partai Komunis China, Presiden Xi Jinping berjanji untuk menyelesaikan “penyatuan kembali” dengan Taiwan.

“Memecahkan masalah Taiwan dan mewujudkan penyatuan kembali tanah air adalah tugas sejarah yang tak tergoyahkan dari Partai Komunis Tiongkok dan aspirasi bersama semua orang Tiongkok,” kata Xi dalam pidato 1 Juli di dekat Lapangan Tiananmen.

Baca Juga: Jepang Dikutuk China gegara Gebrak Negara Demokratis Bantu Taiwan Pecundangi PLA dalam Perang: Ini Sangat Jahat!

“Semua putra dan putri China, termasuk rekan senegaranya di kedua sisi Selat Taiwan, harus bekerja sama dan bergerak maju dalam solidaritas, dengan tegas menghancurkan setiap plot ‘kemerdekaan Taiwan’,” ujarnya.

Meskipun Taiwan berdaulat, China menganggapnya sebagai bagian dari wilayahnya dan telah bersumpah untuk mengambil alih negara kepulauan itu sebagai bagian dari kebijakan "satu China".​

Dalam artikel Global Times, penulis mengatakan politisi Jepang menyemburkan "banyak omong kosong" dengan memberi isyarat bahwa mereka setuju jika AS membela Taiwan.

Laporan itu mengatakan, Jepang "ingin memancing di perairan bermasalah."

Baca Juga: Lawan China, Jepang Ajak ASEAN Kurung Agresivitas Beijing

Song berpendapat bahwa tanpa intervensi AS, Jepang akan menyelinap pergi.

“Tetapi jika Jepang sendirian, kemungkinan besar akan mengambil langkah mundur, atau membuat kompromi, ketika menghadapi China hari ini,” katanya.

“Jepang bukanlah negara dengan kedaulatan penuh, secara militer, diplomatik, atau politik. Alasan mengapa Jepang terus membesar-besarkan apa yang disebut ancaman eksternal sudah jelas: Jepang perlu terus membesar-besarkan situasi sehingga dapat mengubahnya menjadi opini publik untuk mendukung merevisi konstitusi pasifisnya,” kata artikel itu.

“Selama Jepang melintasi garis merah China, PLA tidak akan punya pilihan lain selain menyerang balik,” simpulnya. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : New York Post, Global Times

Baca Lainnya