Sosok.ID - Bisa dibilang, sniper Irak ini telah lama jadi buronan Amerika Serikat.
Kemampuan sang penembak jitu yang mematikan membuat tentara negeri Paman Sam ini bisa terkencing-kencing saat mendengar namanya.
Padahal rekor tentara yang tewas di tangan sang penembak jitu selama perang antara Irak dan AS tidaklah banyak.
Namun ketepatannya dalam menembak lawan begitu ditakuti.
Sosok penembak jitu Irak yang dimaksud adalah Juba.
Tidak diketahui nama aslinya, namun kemampuan sniper ini begitu mahsyur di telinga para tentara dengan nama 'Juba'.
Sniper Irak ini mulai dikenal di antara pasukan Amerika Serikat selama puncak pemberontakan pada tahun 2005 hingga 2007.
Sosoknya yang begitu ditakuti bahkan sampai diangkat ke dalam sebuah film dengan judul 'The Wall'.
Padahal jika dipikir-pikir, selama periode pemberontakan Juba hanya membunuh sebanyak 37 tentara.
Namun semua korban yang berhasil ia lumpuhkan memiliki peranan penting dalam militer.
Kemampuan menembak Juba-lah yang begitu ditakuti para tentara.
Menurut para saksi, Juba tak pernah melepaskan tembakan lebih dari satu kali.
Setiap kali peluuru yang ia muntahkan dari senjatanya selalu berhasil melumpuhkan tentara koalisi AS.
"Saya yakin semua orang memikirkannya, ia ancaman serius bagi kami," ungkap Travis Burress, seorang penembak jitudi Kamp Rustamiyah kepada The Guardian pada tahun 2007 silam.
Menurut salah satu perwira AS, Juba adalah sniper terbaik Irak syang cerdas dan begitu terlatih.
Kabarnya, untuk memburu Juba, AS sampai mengirim pasukan terbengisnya yakni Satgas Raptor.
Kemampuan Satgas Raptor dikenal mirip dengan unit elit dari operator khusus Irak, Delta Force.
Seketika itu juga, Juba jadi buronan nomor satu tentara Amerika serikat di masa pemberontakan.
Raptor mengganggu Juba di wilayah asalnya di Ramadi, mengejarnya di sekitar sarang pemberontak.
Namun Juba tak juga tertangkap atau terlacak.
Sebagian besar analis pada saat itu berpendapat bahwa Juba telah melarikan diri dari Ramadi ke medan perang lain.
Tak heran, bila pada akhirnya Juba disebut-sebut sebagai sniper yang mampu membuat tentara Amerika ketakutan.
Meski begitu, ada sejumlah pihak yang menduga kemampuan Juba hanyalah mitos atau rumor yang beredar untuk menakuti pasukan koalisi.
"Spekulasi (bahwa) ada lebih dari satu Juba," kata mantan Pasukan Khusus dan dokter hewan perang Irak Woody Baird.
"Perkiraan saya adalah orang-orang jahat itu menjalankan operasi psikologis yang mencoba meneror kekuatan konvensional dengan membangun image penembak jitu super."
Tidak jelas bagaimana nasib Juba saat ini, namun sebagian besar pihak termasuk tentara AS dan Irak mengatakan Juba terbunuh dalam misinya.
(*)