Covid-19 Tak Tampak akan Berakhir, Jokowi Tegaskan 2021 Bisa Lebih Mematikan, WHO: Tahun Ini Lebih Sulit..

Sabtu, 22 Mei 2021 | 15:39
Harian Warta Kota/Henry Lopulalan

Presiden Joko Widodo

Sosok.ID - Menggebuk tatanan kehidupan dunia sejak kemunculannya pada Desember 2019, pandemi Covid-19 kini memasuki tahun kedua.

Virus yang diduga ditularkan karena konsumsi warga China terhadap kelelawar ini tak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Bahkan di tahun 2021 ini, virus corona baru telah bermutasi menjadi banyak varian yang lebih cepat menular, atau bahkan lebih mematikan.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sampai kini masih berjuang memerangi Covid-19.

Baca Juga: Tunggu Saja China, WHO Akan Umumkan Dimana Pertama Kali Covid-19 Muncul

Presiden Joko Widodo mengatakan, hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda pandemi Covid-19 akan segera berakhir.

Mengutip dari Kompas.com, hal itu disampaikan Jokowi saat berbicara dalam Global Health Summit 2021 yang ditayangkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (21/5/2021).

"Sejak pertemuan kita terakhir enam bulan yang lalu, belum ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir," ujar Jokowi.

Presiden bahkan kembali menegaskan ucapan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menyebut tahun kedua pandemi Covid-19 bisa berdampak jauh lebih mematikan.

Baca Juga: Corona Belum Kelar, WHO Wanti-wanti 6 Virus Lain Berpotensi Pandemi: Dunia Perlu Bersiap untuk Perang Besar

"Dokter Tedros Dirjen WHO menyampaikan bahwa pada tahun kedua pandemi dampaknya bisa jauh lebih mematikan dibanding tahun pertama. Perkembangan varian-varian baru virus Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia," tutur Jokowi.

Bukan cuma itu, adanya kesenjangan global terhadap akses vaksin Covid-19 juga menjadi masalah.

Saat beberapa negara telah mulai memvaksinasi kelompok berisiko rendah, yaitu anak-anak dan usia belia, hanya 0,3 persen suplai vaksin untuk negara berpenghasilan rendah.

Kesenjangan itu pun terlihat sangat nyata manakala 83 persen dosis vaksin global sudah diterima negara kaya.

Baca Juga: Pejabat China Ketakutan Saat WHO Selidiki Asal-usul Pandemi, Warganya 'Menangis' Beberkan yang Terjadi di Awal Kemunculan Covid-19, Misteri Akan Terungkap?

"Sementara negara berkembang hanya terima 17 persen untuk 47 persen populasi dunia. Saya harus kembali mengingatkan kita semua bahwa kita hanya akan betul-betul pulih dan aman dari Covid-19 jika semua negara juga telah pulih," tegas Presiden.

Saat ini tantangan akses vaksin yang adil dan merata bagi semua masih sangat berat untuk diwujudkan.

Terlebih lagi, ada persoalan suplai, pendanaan vaksin, dan keengganan terhadap penggunaan vaksin di sejumlah negara.

Oleh karena itu, Jokowi menyerukan agar dunia mengambil langkah jangka pendek, menengah, dan panjang terkait distribusi vaksinasi ini.

Baca Juga: Covid-19 Tahun 2021 Mungkin Lebih Sulit Ketimbang Sebelumnya, Kata WHO

"Dalam jangka pendek, kita harus mendorong ini lebih kuat lagi dosis sharing melalui skema Covax facility. Ini merupakan bentuk solidaritas yang harus didorong dan dilipatgandakan, khususnya dalam mengatasi masalah rintangan suplai," jelasnya.

Dalam jangka menengah dan panjang, dunia harus melipatgandakan produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan global dan membangun ketahanan kesehatan.

Dengan demikian, diperlukan peningkatan kapasitas produksi secara kolektif melalui alih teknologi dan investasi.

"Jika isu kapasitas produksi dan distribusi vaksin tidak segera ditangani, saya khawatir akan semakin lama kita dapat menyelesaikan pandemi."

Baca Juga: Perlu Diketahui, Jenis Virus Corona di Indonesia Tidak Masuk dalam Kategori yang Ada di Dunia

"Tercapainya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif sebagaimana yang disampaikan oleh berbagai institusi keuangan dunia akan sangat bergantung bagaimana kita secara bersama-sama bisa menangani pandemi ini," tambah Jokowi.

Seperti diketahui, pejabat tinggi darurat WHO, Mike Ryan dalam sebuah acara di media sosial, Rabu (13/1/2021), dikutip dari Reuters, sempat memberi peringatan mengenai ancaman covid-19 tahun kedua.

“Kami akan memasuki tahun kedua ini, bahkan bisa lebih sulit mengingat dinamika transmisi dan beberapa masalah yang kami lihat,” ujar Mike Ryan saat itu. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com, Reuters

Baca Lainnya