Sosok.ID - Penduduk bumi saat ini dibuat ketar-ketir karena roket yang diluncurkan oleh China jatuh tak terkendali.
Pasalnya, roket seberat 21 ton itu bisa saja jatuh di lokasi padat penduduk.
Dilansir Sosok.ID, Long March 5B itu diluncurkan pada Rabu (28/4/2021) lalu.
Roket tersebut berhasil mengirimkan modul inti stasiun luar angkasa China, Tianhe, ke orbit.
Tapi, roket sepanjang 30 meter itu juga mencapai orbit dan para ahli khawatir roket itu bisa masuk kembali tanpa kendali dalam beberapa hari ke depan.
Bagian inti roket bisa terseret ke bumi dan berpotensi mendarat di area padat penduduk, lapor Space News.
Pengamat penerbangan luar angkasa Jonathan McDowell mengatakan pada situs tersebut:
"Bagian inti Long March 5B tujuh kali lebih masif daripada bagian kedua Falcon 9.
"Bagian tersebut sempat menyita perhatian pers beberapa minggu lalu.
"Ketika benda itu masuk kembali di langit Seattle dan membuang beberapa tangki tekanan di negara bagian Washington tersebut."
Roket tersebut diyakini mengorbit Bumi setiap 90 menit dan melintas tepat di utara New York, Madrid, dan Beijing.
Benda itu juga melintas sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru.
Karena itu, dikhawatirkan roket tersebut bisa mendarat di daerah pemukiman warga.
Roket yang memiliki panjang 100 kaki dan lebar 16 kaki itu mungkin akan terbakar atmosfer bila jatuh ke bumi.
Tapi tetap saja, serpihan dan puing-puing yang tersisa bisa jatuh ke tanah.
Meskipun kemungkinan besar akan jatuh ke laut, ada risiko roket tersebut jatuh di tempat lain.
Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah kemungkinan jatuh di daerah pemukiman.
"Saya pikir dengan standar saat ini tidak dapat diterima untuk membiarkannya masuk kembali tanpa kendali," kata Mr McDowell.
Di sebuah tweet, astronom tersebut menulis: "Bagian inti terus turun perlahan.
"Tidak ada data baru hari ini tentang Tianhe itu sendiri, yang dapat mengindikasikan bahwa benda itu membuat orbit yang menimbulkan kebakaran dan pelacakan telah kehilangan jejaknya untuk saat ini."
Holger Krag. kepala Kantor Program Keamanan Antariksa untuk Badan Antariksa Eropa mengatakan:
"Kesulitan selalu ada untuk menilai jumlah massa yang masih hidup dan jumah fragmen tanpa mengetahui desain objek.
"Tetapi, aturan praktis yang masuk akal adalah sekitar 20-40% dari massa kering asli."
(*)